BISNIS.COM, PADANG--Hasil penelitian Bank Indonesia mengungkapkan kerusakan infrastruktur menjadi kendala utama dalam pendistribusian serta pemenuhan stok bahan pangan di Sumatera bagian tengah meliputi Sumbar, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau.
"Berdasarkan survei pada 2012 kerusakan infrastruktur jalan menyumbang 21,23 persen penyebab terkendalanya proses distribusi bahan pangan setelah faktor alam,"kata Peneliti Ekonomi Senior Bank Indonesia Wilayah VIII Padang M Setyawan Santoso di Padang, Jumat (3/5/2013).
Ia menyampaikan hal itu pada acara Rapat Koodinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Wilayah Sumatera Bagian Tengah membahas perkembangan ekonomi dan inflasi di wilayah itu.
Menurut dia, ketersediaan infrastruktur di Sumatera yang masih terbatas serta tidak banyak alternatif jalur distribusi darat menjadi salah satu pemicu inflasi.
"Berdasarkan data 64 persen jalan nasional di Sumatera, serta 49 persen jalan provinsi dan 62 persen jalan kabupaten berada dalam kondisi rusak," kata dia.
Sementara akses alternatif jalur darat berupa kereta api baru terdapat di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.
Akibatnya, dalam beberapa kondisi pasokan pangan menjadi tidak lancar dan memicu terjadinya gejolak harga, kata dia.
Oleh sebab itu TPID harus mendorong pemerintah daerah pada wilayah masing-masing memperbaiki infrastruktur sebagai bentuk pengendalian inflasi.
BI mencatat dalam lima tahun terakhir rata-rata inflasi sumatera bagian tengah lebih rendah daripada nasional sebesar 5.58 persen dimana inflasi nasional berada pada 5.78 persen.
Selain itu, faktor cuaca, ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman, biaya pengangkutan yang tinggi, pungutan liar serta keterbatasan armada juga menjadi faktor penghambat distribusi bahan pangan.