BISNIS.COM, DENPASAR--Kementerian Perhubungan memastikan sebanyak 3 investor asing siap mendanai pembangunan dan pengembangan bandara internasional di Bali utara menyusul telah disempurnakannya feasibility study.
Everst Ernest Mangindaan, Menteri Perhubungan mengatakan pada tahap penyempurnaan feasibility study bandara internasional baru itu sudah ada 3 investor asing yang siap masuk ke dalam tahap pengembangan.
“Investor itu berasal dari Inggris, Jepang dan Korea,” katanya seusai saat jumpa pers Forum Transportasi di Nusa Dua, Bali, Selasa (23/4/2013).
Sebenarnya, lanjut Mangindaan, sudah ada 4 investor asing yang siap masuk.
Namun, korporasi asal India, GVK Power & Infrastructure Limeted, sudah hengkang dan memilih mengembangkan bandara baru di Kulon Progo, Jogjakarta. Adapun 3 investor asing itu, mangindaan belum bersedia merinci lebih detil.
Dalam penyempurnaan feasibility study, katanya, satu dari tiga lokasi tempat dibangunnya bandara itu sudah ditentukan. Pengembangan yang sesuai dengan nilai ekonomi dan sosial adalah di kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.
“Keputusan itu sudah dibicarakan dengan pemerintah setempat.”
Mangindaan menjelaskan, berdasarkan feasibility study, Kecamatan Kubutambahan lokasinya lebih siap dengan sejumlah daya dukung lainnya. “Di kecamatan itulah risiko paling kecil.”
sebelumnya, pada pemetaan lokasi pembangunan, sejumlah lokasi di kawasan Bali utara sudah mulai disiapkan. Opsi lokasi yang akan dipilih untuk bandara kedua di Bali itu a.l terletak di Kabupaten Karangasem, Buleleng dan Jembrana.
Namun, lanjutnya, pengembangan bandara Bali utara masih terkendala beberapa factor. Termasuk pembebasan lahan hingga dukungan masyatakat.
Untuk itu kementerian mengimbau pemerintah setempat untuk terus mengadakan sosialisasi untuk percepatan pembangunan bandara.
Secara pendanaan, lanjutnya, pemerintah dengan skema public private partnership siap mengucurkan dana untuk pengembangan itu. Asalkan sudah tidak ada masalah lagi ditingkat masayarakat.
Herry Bakti, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian perhubungan secara teknis menegaskan, seluruh feasibility study sudah lengkap dengan penetapan titik lokasi.
Baik secara ekonomi maupuin social dan kemanan udara, kecamatan Kubutambahan yang paling tidak berisiko.
Sementara itu, Badan Penanaman Modan dan Perizinan Bali menyatakan PT Pembangunan Bali Mandiri mengincar pembangunan dan pengembangan bandara Bali.
Ida Bagus Made Parwata, Kepala Badan Penanaman Modan dan Perizinan Bali, mengatakan pemilihan lokasi di sebelah ujung timur kabupaten Buleleng itu dipastikan lebih layak jika dibandingkan dengan Celukan Bawang ataupun Grogak, Kabupaten Buleleng.
“Studi teknis sudah dilakukan oleh PT Pembangunan Bali,” katanya kepada Bisnis.
Saat ini badan penanaman modal setempat, lanjutnya, masih menunggu investor asal Bali itu memfinalisasi studi kelayakan finansial.
Badan Penanaman Modal juga Bali menyatakan belum ada investasi masuk dari dalam negeri maupun asing untuk pembangunan megaproyek bandara internasional Bali Utara pascakabar hengkangnya investor asal India, GVK Power & Infrastructure Limeted yang telah menyiapkan US$1 miliar untuk bandara baru itu.
Pada keinginan mengembangkan bandara kedua di Bali ini, Pembangunan Bali sudah menyampaikan presentasi di depan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika dan Bappeda.
Selain menyampaikan presentasi, diketahui Pembangunan Bali telah mengirim surat permohonan ke Bappeda Buleleng. Surat itu berisi permohonan rekomendasi dari Bupati Buleleng terkait pembangunan bandara di Kubutambahan.
Surat itu ditujukan kepada Bupati Buleleng dan ditembuskan kepada Kepala Bappeda Buleleng.
“Suratnya datang sekitar Februari 2013,” kata Kepala Bappeda Buleleng, Gede Suyasa.
Suyasa menjelaskan, surat permohonan rekomendasi tersebut belum dijawab dan masih sedang dikaji bersama instansi terkait di Buleleng. Namun dari segi tata ruang, pihak pemerintah kabupaten belum berani memberikan rekomendasi.
Selain itu, kajian dari Menteri Perhubungan terkait kelayakan lokasi bandara juga belum ada.
Dinas Perhubungan Bali merinci, kajian lokasi bandara itu berada pada 7 titik alternatif yang diantaranya di daerah Gerokgak, Kubutambahan dan Sangsit, Kabuaten Buleleng.
Adapun lingkup pembangunan bandara baru itu berupa runway 3.800 m x 60 m, apron, taxiway, lahan parkir, akses jalan serta fasilitas kargo dan apron kargo.
Saat ini, lanjut Bambang, penyelesaian sejumlah persyaratan, termasuk analisi mengenai dampak lingkungan (Amdal) masih dalam pengkajian.
Kajian itu, diantaranya akan menentukan pembangunan land side dan air side dari bandara itu. Selanjutnya, akan segera dibuat detail engineering design (DED).
Untuk skema pembiayaan, Bambang menjelaskan, pemerintah akan mengusulkan pembiayaan dengan beberapa skema, a.l dengan public private partnership (PPP).
Dalam konsep skema ini, diharap pemerintah daerah mampu ikut dalam skema kerjasama tersebut.