BISNIS.COM, PARIS—CEO ArcelorMittal Lakshmi Mittal pada Sabtu (20/4)) mengaku menyesal raksasa baja dunia itu harus menutup dua pabriknya secara permanen di Prancis. Namun, menurutnya, biaya buruh dan energi sudah tidak kompetitif lagi di Prancis.
Mittal, yang telah memicu kemarahan rakyat Prancis terkait penutupan pabrik pencairan baja yang sudah beroperasi selama puluhan tahun tersebut, mengatakan perseroan sangat ingin tetap di Prancis untuk jangka waktu yang lama.
Namun, peluang ekspor perseroan dari Prancis semakin terbatas karena melemahnya daya saing negara Eropa itu. Perseroan harus menghadapi serikat perdagangan setempat jika ingin menutup pabrik yang mempekerjakan 629 warga Prancis itu.
“Untuk meningkatkan produktivitas pabrik kami di Prancis, kami perlu biaya energi yang lebih rendah, seperti di Amerika Serikat dan Jerman. Di Prancis, biaya buruh saja 20% lebih tinggi dari Spanyol dan hukum tenaga kerjanya terlalu berat,” kata Mittal seperti dikutip Journal du Dimanche.
Komentar Mittal ini disampaikan seiring dengan hampir berhasilnya upaya Presiden Prancis Francois Hollande dalam meloloskan perubahan undang-undang tenaga kerja agar lebih longgar. (Reuters/if)