BISNIS.COM, SEMARANG -- Laju inflasi di Jateng sudah mengkhawatirkan karena telah melebih batas target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan Tim Pengendali Inflasi Daerah, bahkan melebih nasional.
Joni Swastanto, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jateng-DIY, mengakui tingkat inflasi di Jateng sudah terlalu tinggi yang disebabkan pasokan beberapa komoditas menurun dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi masyarakat.
Atas dasar itu, menurutnya, penyelesaian masalah inflasi tersebut terletak pada pemerintah yang berwenang mengatur pasokan dari komoditas impor maupun produksi lokal. “Harus ada upaya serius dalam perbaikan produksi,” ujarnya kepada Bisnis Rabu (10/4/2013).
Laju inflasi bulanan di Jateng pada Maret 2013 tercatat 0,92%, lebih tinggi dibandingkan nasional yang tercatat 0,63%. Sementara secara year on tear inflasi Jateng menembus 6,24% pada Maret lalu.
Inflasi itu bukan hanya melampaui nasional yang tercatat 5,9%, tetapi juga jauh di atas target pengendalian inflasi BI dan TPID yang menetapkan kisaran 4,8%–5,3% selama triwulan I/2013.
Bila diakumulasi Januari—Maret (year to date) laju inflasi di Jateng mencapai 2,85%. Tingkat inflasi selama 3 bulan itu, telah mencapai 67% laju inflasi jateng selama 12 bulan 2012 yang tercatat 4,24%.
Laju inflasi pada Maret itu didorong oleh komoditas bawang merah dan bawang putih yang sempat langka di pasar sehingga harga melambung.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari juga mengakui inflasi Jateng pada Maret sudah mengkhawatirkan.
“Angka ini cukup mengkhawatirkan, karena jika tidak segera diambil sejumlah langkah strategis untuk menahan laju inflasi yang terjadi saa ini, maka inflasi hingga akhir tahun mendatang bisa melebihi dari target sebesar 5%,” tutur Jam Jam.