BISNIS.COM, SEMARANG – Keyakinan masyarakat Jateng terhadap perekonomian provinsi setempat mengalami penurunan akibat tekanan inflasi yang tinggi, kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) dan upah minimum kabupaten/kota (UMK).
Pandangan itu tercermin dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (SK-BI) yang dilakukan pada Maret 2013, yang mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 117,28, turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya 122,5.
Meski demikian, survei yang dilakukan di empat kota, yakni Semarang, Solo, tegal dan Purwokerto itu mencatatkan IKK masyarakat Jateng lebih tinggi dibandingkan nasional yang hanya 116,8
Joni Swastanto, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jateng-DIY, mengatakan penurunan IKK di jateng mencerminkan optimisme konsumen yang sedikit menurun, dalam menilai kondisi perekonomian pada saat ini dan 6 bulan mendatang.
Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini (IKE) turun menjadi 113,83, sedangkan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang mencerminkan kondisi ekonomi pada 6 bulan mendatang turun menjadi 120,73.
“Penurunan IKE diperkirakan terkait langsung dengan turunnya indeks ketersediaan lapangan kerja sebesar 11,00 poin menjadi 98,30 yang berada pada level pesimis, karena kurang dari 100,” ujarnya Kamis (4/4/2013)
Turunnya indeks kali ini, kata dia, sebenarnya lebih disebabkan oleh faktor siklus kegiatan ekonomi dan bisnis, yang menurut pola selama ini, pada triwulan I cenderung mengalami penurunan.
“Hal ini dikarenakan, pada periode ini belum banyak kesempatan kerja yang dibuka baik oleh pemerintah maupun swasta. Kegiatan atau proyek pemerintah belum banyak berjalan, karena masih menunggu proses pengesahan anggaran oleh DPRD,” ujarnya.
Sementara itu, lanjutnya, sektor swasta umumnya masih melakukan tahap konsolidasi, terutama dalam menyikapi kenaikan TTL dan UMK yang direspon dengan melakukan efisiensi dan upaya peningkatan produktivitas, serta membatasi rekruitmen tenaga kerja.
Adapun penurunan IEK diperkirakan terkait dengan turunnya indeks ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang ke level 109,60. Penurunan indeks tersebut lebih disebabkan oleh faktor ekspektasi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditawarkan sektor swasta pada 6 bulan mendatang, menyusul langkah efisiensi yang ditempuh para pelaku usaha sehubungan dengan meningkatnya biaya produksi perusahaan.
“Turunnya indeks ketersediaan lapangan kerja tersebut diprediksikan berdampak terhadap penghasilan masyarakat, sebagaimana tercermin dari menurunnya indeks penghasilan ke level 133,30,” jelasnya.
Disisi lain, menurunnya optimisme konsumen dalam menilai kondisi perekonomian kedepan, juga tidak terlepas dari ekspektasi terhadap perkembangan harga secara umum yang masih tinggi.
Pada 3 bulan mendatang indeks harga diekspektasikan masih berada pada level 176,70. Sementara pada 6 bulan mendatang indeks harga secara umum diekspektasikan lebih tinggi berada pada level 185,90.
“Tingginya angka realisasi inflasi Jawa Tengah pada Februari 2013 yang mencapai 0,81% (mtm) yang berarti melebihi pencapaian angka inflasi nasional 0,75%, tampaknya turut mempengaruhi ekspektasi konsumen terhadap perkembangan harga ke depan,” ujarnya.