BISNIS.COM, BALIKPAPAN--Provinsi Kalimantan Timur diminta untuk mulai mengalihkan komoditas ekspor andalan dari sumber daya alam yang tak diperbarui menjadi yang bisa diperbarui guna menghindari mandeknya aktivitas perekonomian pasca habisnya kekayaan alam yang dikeruk dari perut bumi.
Selama ini, Kaltim selalu mengandalkan kekayaan alam mulai dari minyak bumi, hutan hingga batu bara yang kini masih merajai ekspor komoditas di daerah itu.
Hampir seluruh hasil kekayaan yang diekspor tersebut merupakan bahan mentah yang bernilai murah dibandingkan ketika telah diolah menjadi barang setengah jadi.
Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi berpendapat sudah selayaknya Kaltim mulai mengusahakan komoditas yang bisa diperbarui sehingga tidak bergantung pada cadangan sumber daya alam.
“Bahkan bisa lebih baik lagi kalau bisa memberikan nilai tambah atas bahan mentah yang sudah dihasilkan dari bumi etam,” ujarnya dalam sambutan Rapat Koordinasi Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi Daerah (Pepida) 2013, Selasa (2/4/2013).
Dia menceritakan sudah sejak 1950-an Kaltim, khususnya Balikpapan, mengandalkan sumber daya alam yang tak bisa diperbarui. Kekayaan minyak yang ketika itu masih banyak terdapat di sekitar Balikpapan menjadikan daerah ini ramai dikunjungi oleh para investor.
Kemudian, era itu mulai beralih pada hasil hutan berupa kayu dan rotan yang dikelola pada 1980-an dan diikuti oleh batubara pada 2000-an.
Celakanya, kata Rizal, dari dua generasi pengambilan sumber daya alam pendahulu hanya sedikit yang berimbas terhadap kesejahteraan masyarakat.
Dia mencontohkan Kecamatan Samboja yang hampir menjadi kota mati pasca sumur minyaknya tidak bisa diproduksi lagi.
“Kalau hal ini diteruskan, bisa habislah kita. Celaka betul karena tidak bisa menikmati hasil alam sendiri,” tukasnya.
Salah satu permasalahan yang masih mengemuka yakni mengenai energi listrik yang makin kritis karena adanya sejumlah perbaikan pembangkit.
Masalah lain yakni antrian pembelian bahan bakar minyak (BBM) yang kerap terjadi di sejumlah SPBU. “Saya sampai malu kalau menjelaskan Balikpapan harus antri minyak padahal disebut sebagai kota minyak,” katanya.
Dirinya mengusulkan pengembangan sektor perikanan yang masih belum banyak dilirik, sementara cukup bisa menjanjikan terhadap aktivitas perekonomian termasuk untuk ekspor.
Plh Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setdaprov Kaltim Abu Helmi mengatakan pembudidayaan perikanan memang telah menjadi salah satu sektor yang akan dikelola untuk meningkatkan porsi sumber daya alam terbarukan terhadap ekspor.
Adapun, sektor utama yang akan dikembangkan oleh Pemprov Kaltim yakni pertanian dalam arti luas meliputi perkebunan dan tanaman pangan serta holtikultura.
“Melalui Pepida akan dievaluasi sektor apa yang bisa dikembangkan untuk memacu ekspor daerah yang berdampak luas terhadap masyarakat,” terangnya.
Pengembangan kawasan industri berbasis pertanian dan oleokemikal di Maloy serta rice and food estate di Bulungan menjadi salah satu upaya pemerintah daerah yang sedang dilakukan.
Terkait masalah energi listrik, dirinya mengakui program yang dilakukan pemerintah belum sepenuhnya rampung. Beberapa pembangkit yang dibangun untuk menambah daya mampu energi listrik masih menunggu penyelesaian akhir untuk dioperasikan. (wde)