LONDON—Inggris membutuhkan rencana alternatif untuk pasokan energi rendah karbon bagi pembangkit listrik yang baru jika dibangun tidak tepat waktu.
Laporan sejumlah anggota parlemen menyatakan ada investor berencana membangun pembangkit nuklir yang baru dengan kapasitas 16 gigawatt (GW) pada 2025 guna menggantikan yang sudah ada.
Namun, ternyata ada biaya selama berproduksi dan penundaan, menyusul krisis Fukushima di Jepang hingga mengakibatkan investor menarik diri dari program tersebut.
“Pemerintah setempat sepertinya ‘menyilangkan jari mereka’, sedangkan perusahaan swasta akan memberikan perangkat baru bagi stasiun tenaga nuklir,” kata Tim Yeo, Ketua Komite Parlemen Inggris untuk Energi dan Perubahan Iklim seperti dikutip Reuters, Senin (4/3/2013).
Menurut dia, menteri pun harus segera memiliki rencana kontingensi dalam kasus industri nuklir yang tidak memberikan pembangkit listrik baru seperti kebutuhan.
Sejumlah ahli di industri ini menyarankan rencana B dapat dilakukan dengan mengurangi permintaan energi, tapi lebih baik mengelola permintaan itu dan memperluas kapasitas energi terbarukan dengan lebih cepat.
Selain itu, saran lainnya adalah keputusan cepat untuk investasi jangka menengah pada gas atau lebih banyak dana untuk penelitian teknologi nuklir baru.
Saat ini, Inggris memproduksi sekitar 19% listrik dari semua pembangkit nuklir yang ada, kecuali satu pembangkit dijadwalkan tutup pada 2023.
Pemerintah negara itu mengandalkan pembangkit listrik tenaga nuklir yang baru sebagai bagian dari reformasi pasar listrik yang bertujuan untuk mempromosikan investasi dalam bentuk energi dengan memancarkan karbon lebih sedikit atau nol. (Reuters/tri/msb)