JAKARTA: Rencana pembangunan mass rapid transit (MRT) di Jakarta tidak boleh tertunda pelaksanaannya.
MRT salah satu solusi paling efektif untuk mengatasi masalah transportasi masal dan kemacetan lalu lintas di Ibu Kota yang kian semakin parah belakangan ini.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta Azas Tigor Nainggolan mengatakan sarana transportasi masal seperti mass rapid transit (MRT) sangat mendesak untuk secepatnya dibangung sebelum Jakarta benar-benar menghadapi masalah lalu lintas yang parah.
“Jakarta sangat membutuhkan MRT karena sudah tidak bisa tergantung pada busway yang memiliki keterbatasan daya angkutnya. Setelah beroperasi, MRT dan Transjakarta, dapat mengangkut hingga sekitar 800 hingga 1 juta orang, sehingga bisa mengurangi beban jalan,” kata di Jakarta, Selasa, 6 Maret 2012.
Menurutnya, kemacetan lalu lintas di Jakarta harus diatasi, di antaranya dengan membangun MRT, karena pertumbuhan kendaraannya semakin tidak terkendali. Saat ini, sepeda motor mancapai 890 unit per hari dan mobil 240 unit per hari
Sementara itu, sarana transportasi masal berbasis bus rapid transit yang dikelola PT Transjakarta hanya mampu mengangkut 300.000 penumpang per hari dengan 11 koridor yang telah beroperasi.
Dia mengatakan keberadaan bus Transjakarta belum mampu menampung jumlah penumpang yang berasal dari pengguna sekitar 10,5 juta kendaraan pribadi. Kecuali ditambahkan dengan MRT yang diperkirakan mampu mengangkut 412.000 orang per hari.
Rencana pembangunan MRT, lanjutnya, sudah melewati studi kajian, kajian desain dasar konstruksi serta analisis mengenai dampak lingkungannya.
Dan, setiap proses tersebut, agar disosialisasikan kepada warga dengan diberikan kesempatan untuk menyampaikan usulan.
Sementara itu, Rudi Tambunan, ahli transportasi dari Universitas Indonesia, mengatakan aksi unjuk rasa yang dilakukan para pedagang di jalan Sisingamangaraja dan Fatmawati Jakarta Selatan dapat dimaklumi, karena khawatir bisnisnya terganggu proyek MRT tersebut.
Sebab, karidor jalan itu merupakan sentera bisnis yang cukup penting sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu bisnis mereka jika MRT dibangun dijalur itu dengan trase layang, yang mengakibatkan daya tampung ruang dan tata keindahannya menurun.
“Namun, pembangunan MRT sangat mendesak jika Jakarta ingin menjadi kota yang bisa hidup lebih lama. Sebagaimana hasil penelitian konsultan Jerman tentang Jakarta Metropolitan Area Transportation Study pada 1973,” katanya.
Kepala Biro Komunikasi PT MRT Jakarta Manpalagupta Sitorus mengatakan rencana pembangunan proyek MRT yang segera dilaksanakan untuk tahap awal adalah rute Lebak Bulus-Bunderan Hotel Indonesia dan telah melalui tahap kajian secara mendalam.
Jika pembangunan MRT ruas Lebak Bulus hingga Sisingamangaraja dilakukan di bawah tanah, lanjutnya, warga di sepanjang jalur tersebut harus memundurkan pondasi bangunan miliknya lebih jauh. Namun, dengan konstruksi layang, hal itu tidak perlu dilakukan.
“Pemilihan tipe layang untuk jalur tersebut juga berdasarkan perhitungan atas dampak lalu lintas selama periode konstruksi, yang lebih besar dampaknya bila pembangunan dilakukan di bawah tanah,” tuturnya.(msb)