Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah titik panas yang menjadi indikasi kebakaran hutan dan lahan terus bertambah di Pulau Sumatera, yakni mencapai 193 titik, pada Jumat sore.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru yang terakhir diperbarui pukul 16.00 WIB menunjukan, bahwa terjadi kenaikan lebih dari dua kali lipat jumlah titik panas dibandingkan Jumat pagi yang tercatat ada 76 titik.
Titik panas terbanyak berada di Provinsi Sumatera Selatan yang berjumlah 65 titik, kemudian Riau ada 61 titik. Provinsi Jambi ada 26 titik, Bangka Belitung 24 titik, Lampung sembilan titik, Bengkulu enam titik dan Sumatera Barat ada dua titik.
Titik panas di Riau masih terkonsentrasi di daerah pesisir, paling banyak di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) sebanyak 49 titik. Kemudian di Indragiri Hulu (Inhu) ada enam titik, serta Pelalawan dan Kepulauan Meranti masing-masing ada tiga titik.
Dari jumlah tersebut sebanyak 46 titik merupakan titik api. Paling banyak juga di Inhil yakni 40 titik, Inhu lima titik dan Kepulauan Meranti satu titik.
Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Riau mengerahkan tiga helikopter untuk membantu pemadaman dari udara di Inhil. Kepala Bidang rehabilitasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Inhil, Gordon mengatakan tiga lokasi Karlahut di Inhil terjadi di Desa Sekayan Kecamatan Kemuning dan dua Desa di Kecamatan Kempas yakni Desa Pekan Tua dan Desa Sungai Rabit.
"Selain mengerahkan 10 orang tim darat dibantu dengan personil TNI Polri dan masyarakat setempat, kita juga mengerahkan tiga helikopter setiap harinya yang kita operasikan untuk water boombing dan patroli," ucap Gordon kepada Antara Jumat (28/9/2018).
Gordon mengatakan, pihaknya menerima laporan musibah Karlahut sejak Selasa (25/9) lalu, sampai dengan hari ini satu lokasi kebakaran di Kecamatan Kemuning sudah berhasil dipadamkan dengan total 14 hektare lahan yang terbakar. Sedangkan dua lokasi di Kecamatan Kempas masih dalam proses pemadaman.
"Untuk di Desa Sekayan, kondisi api sudah padam, dan anggota sudah kita tarik kembali," ujarnya.
Gordon mengungkapkan, dari tiga lokasi karlahut yang terjadi, Sungai Rabit merupakan lokasi dengan kondisi kebakaran yang cukup tinggi.
Menurut Gordon, lahan gambut yang pada umumnya lapang, diserai angin kencang membuat api semakin cepat merembet.
Selain itu, terbatasnya sumber air juga menjadi penghambat upaya pemadaman.
"Tim mengaku kesulitan mendapatkan sumber air karena hanya ada satu kanal yang letaknya sekitar lebih dari 100 meter dari lokasi kebakaran, sehingga tim harus menggunakan selang air yang cukup panjang untuk mengalirkan air," tuturnya.
Mensiasati masalah tersebut, lanjut Gordon, pihaknya berupaya memperlebar kanal agar air mudah terkumpul, upaya itupun tidak mampu memberikan hasil yang maksimal karena ketersediaan air hanya bertahan dalam jangka waktu 30 menit.
Lebih lanjut Gordon mengatakan, karlahut kali ini merupakan karlahut terbesar yang terjadi di Inhil sejak delapan bulan terakhir. Gordon mengaku belum dapat memastikan pemicu Karlahut yang terjadi namun upaya memblokir api terus dilakukan agar tidak semakin meluas sehingga asap yang ditimbulkan tidak terdampak kepada masyarakat.
Gordon memaparkan, sejak Januari hingga September 2018 sebanyak 191 titik api terpantau di Inhil, sedangkan total lahan yang terbakar sebanyak 250 hektare.