Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Michelle Sun, Tinggalkan Silicon Valley demi Jadi Guru Coding

Bagi sebagian orang, mendapatkan pekerjaan impian adalah segala-galanya. Michelle Sun justru meninggalkan pekerjaan impiannya di Silicon Valley dan mendirikan sekolah coding untuk anak-anak.
Michelle Sun/techasia
Michelle Sun/techasia

Bisnis.com, JAKARTA – Bagi sebagian orang, mendapatkan pekerjaan impian adalah segala-galanya. Michelle Sun justru meninggalkan pekerjaan impiannya di Silicon Valley dan mendirikan sekolah coding untuk anak-anak.

Michelle mendirikan First Code Academy setelah bekerja untuk berbagai startup ternama di Silicon Valley, termasuk Bump, yang diakuisisi Google pada tahun 2013, dan Buffer, yang pernah disebut-sebut sebagai salah satu startup terpopuler di Silicon Valley.

Meninggalkan Buffer jelas bukan keputusan yang mudah bagi Michelle. “Saya menyukai budaya dan tim di Buffer, serta sangat mengagumi kepemimpinan pendirinya, yakni Joel dan Leo,” katanya kepada Tech in Asia.

“Peran sebagai seorang growth hacker adalah kombinasi hebat dari latar belakang bisnis dan kemampuan teknis saya untuk coding,” lanjutnya.

Namun Michelle menyadari adanya dorongan untuk berjalan ke arah yang berbeda. Kecintaannya pada teknologi dan berinteraksi dengan anak-anak terlalu besar untuk ditampiknya.

Nilai Sempurna

Michelle Sun, Tinggalkan Silicon Valley demi Jadi Guru Coding

Wanita cantik ini lahir pada era tahun 1980an di Hong Kong. Sejak kecil Michelle sudah memperlihatkan otak cemerlangnya. Tercatat, ia menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya dengan raihan sembilan nilai A dalam Hong Kong Certificate of Education Examination.

Di Hong Kong, anak-anak telah dipersiapkan sejak kecil untuk memasuki pendidikan pra-sekolah paling bergengsi. Para siswa negara tersebut seringkali bekerja keras untuk mencapai nilai sempurna di setiap tingkat sistem pendidikan.

Tujuannya adalah agar setiap lulusan bisa mendapatkan pekerjaan yang stabil di bidang finansial atau perbankan, kemudian menaiki jenjang karir perusahaan. Tapi Michelle tidak percaya ini adalah jalur karir ideal di masa mendatang.

“Kita tidak lagi membutuhkan siswa yang sempurna. Kita tidak membutuhkan orang yang dapat memuntahkan sedikit informasi dari ingatan mereka. Google dapat melakukannya untuk kita,” katanya di kemudian hari.

“Yang kita butuhkan adalah orang-orang yang menciptakan sesuatu untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik, dan pendidikan pemrograman membantu anak-anak di jalan ini,” lanjutnya, seperti dikutip Tech Crunch.

Finansial ke Teknologi

Michelle Sun, Tinggalkan Silicon Valley demi Jadi Guru Coding

Setelah lulus dari jurusan ekonomi University of Chicago, ia bekerja untuk Goldman Sachs Hong Kong sebagai analis riset finansial.

Sebagai seorang siswa, Michelle sebenarnya tertarik pada bidang studi ilmu pasti seperti matematika dan sains. Namun ia mengambil jurusan ekonomi di universitas kemudian bekerja di Goldman Sachs. Menariknya, di situlah dia pertama kali tertarik dengan industri teknologi.

“[Di Goldman Sachs] Saya menangani sektor teknologi, termasuk perusahaan seperti Alibaba dan Tencent. Di situlah saya menemukan kecintaan pada teknologi,” kenangnya.

“Startup teknologi pertama saya (yang gagal) mendorong saya untuk belajar coding. Sebagai seseorang dengan keingintahuan besar, saya ingin memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang produk teknologi yang ingin saya bangun,” lanjutnya.

Ia kemudian mengikuti kursus pendek tentang coding komputer di Hackbright Academy, sekolah teknik perangkat lunak untuk wanita, untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan coding-nya secara penuh waktu dalam lingkungan yang intensif.

Setelah belajar coding, Michelle berhasil mendapatkan pekerjaan di sejumlah startup yang sedang naik daun saat itu di Silicon Valley, yakni Bump dan Buffer.

Di luar itu, dia menghabiskan akhir pekannya untuk mengajar siswa sekolah menengah tentang coding dalam suatu program komunitas. Kegiatannya ini meninggalkan kesan yang sangat besar sekaligus memberi pondasi untuk gagasan startup masa depannya.

“Murid-murid saya dalam program tersebut menunjukkan tingkat kreativitas yang tinggi dikombinasikan dengan teknologi. Saya merefleksikannya terhadap pendidikan dasar dan menengah saya, serta berharap bisa berbagi kesempatan ini dengan versi saya sendiri saat masih kecil,” jelas Michelle.

First Code Academy

Michelle Sun, Tinggalkan Silicon Valley demi Jadi Guru Coding

Michelle kemudian mengambil risiko dengan menjalankan lokakarya coding selama satu hari khusus untuk perempuan. Ini dilakukannya bekerja sama dengan Google Women Entrepreneur Online saat dia kembali ke Hong Kong pada 2013.

Seiring dengan tersiarnya kabar tentang kursus ini, Michelle dan timnya mulai bekerja keras untuk mengakomodasi lebih banyak permintaan. Langkah ini berujung pada lahirnya First Code Academy.

Meskipun diawali sebagai kursus yang dikhususkan untuk perempuan, First Code Academy telah tumbuh sebagai kursus coding untuk anak-anak baik laki-laki dan perempuan berusia 6-18 tahun. Sekolah ini mengajarkan dasar-dasar pemrograman hingga kelas yang lebih intensif untuk membuat aplikasi lengkap.

“Misi kami adalah memberdayakan generasi penerus untuk menjadi pencipta dengan menggunakan teknologi. Para pemimpin generasi ini akan memerlukan teknologi yang solid terlepas dari ruang lingkup kerja mereka, baik itu teknologi, kedokteran, hukum, atau keuangan,” ujarnya.

Tantangan langsung yang dihadapi Michelle beserta timnya adalah menyesuaikan suplai dan permintaan.

“Instruktur kami adalah lulusan sejumlah universitas terkemuka termasuk Cambridge, Stanford, Cornell, dan/atau telah memiliki pengalaman startup atau rekayasa perangkat lunak yang ekstensif. Jadi standarnya sudah sangat tinggi,” terangnya.

First Code Academy juga berupaya mempertahankan rasio jumlah siswa dan guru yang rendah demi menciptakan pengalaman belajar langsung yang akrab. Artinya, sekolah ini terkadang tidak bisa melayani sebanyak mungkin siswa seperti yang diinginkan.

Bagi Michelle, pencapaian muridnya jauh lebih penting daripada ukuran sekolah. Sampai saat ini, para instrukturnya telah mengajarkan ribuan siswa di seluruh lokakarya, kursus, serta program semester reguler dan akselerasi.

“Namun di luar pertumbuhan perusahaan kami, yang membuat kami sangat bersemangat adalah pertumbuhan yang terlihat di masing-masing siswa melalui program kami,” ucapnya bangga.

Pencapaian Michelle melalui First Code Academy pun diakui tidak hanya masyarakat regional tapi juga internasional. Sederet penghargaan diraihnya, seperti masuk jajaran Forbes “30 under 30 in Asia” pada 2016 dan “30 Under 30 Women Entrepreneurs” versi BBC pada 2015.

Atasi Tantangan

Michelle Sun, Tinggalkan Silicon Valley demi Jadi Guru Coding

Dalam mengembangkan model bisnis ini, Michelle telah belajar dari pengalamannya membantu seorang teman membangun sebuah usaha start up yang akhirnya gagal. Sejak saat itu, dia merasa lebih seksama terhadap perencanaan keuangan dan pengendalian risiko.

Menjadi seorang insinyur sebelumnya telah mengarahkan keahliannya untuk memecahkan masalah. Ia mencermati permasalahan seperti halnya seorang ilmuwan komputer.

Sebagai wirausahawan, Michelle seringkali harus mengerjakan tugas-tugas baru yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. “Suatu hari saya melihat keuangan, hari lain saya mengajar kurikulum, dan esok harinya saya mengerjakan pemasaran,” katanya.

Saat menjadi insinyur, ia memiliki sedikit kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang lain. Dia bekerja jarak jauh dengan rekan setimnya dari seluruh dunia. Hal ini membuatnya sulit mengenal rekan setim dengan baik ataupun bekerja sama dengan sangat dekat.

Namun di First Code Academy, dia mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dan berbicara dengan siswa. ”Saya biasanya tidak menganggap diri saya sebagai guru, tapi rekan mereka untuk membantu membangun produk mereka. Saya pikir bagian itu benar-benar membuat saya bahagia.”

"Mengajar adalah salah satu cara terbaik untuk belajar," lanjut Michelle.
Sebagai guru di First Code Academy, belajar tidak terbatas pada pengetahuan tertentu namun berbagai produk yang diciptakan oleh murid-muridnya.

“Saya sedang belajar hal-hal lebih luas sekarang, padahal sebelumnya, saya belajar satu hal dengan sangat dalam,” katanya.

Selain menjalankan First Code Academy, Michelle juga berkomitmen terhadap pemberdayaan perempuan dan perbaikan keseimbangan gender.

Ia adalah salah satu otak di balik pembentukan 'Women Who Code', sebuah komunitas untuk wanita dalam teknologi, serta menjadi anggota dewan 'The Women's Foundation'.

Masa Depan Coding

Berbicara mengenai masa depan coding, Michelle optimistis coding akan menjadi bentuk literasi berikutnya. Ia bahkan membandingkan pentingnya peran coding seperti halnya bahasa Mandarin.

“Ini adalah bahasa berikutnya yang perlu dipelajari setiap orang. Seperti halnya banyak orang belajar bahasa Mandarin untuk berbisnis di dan dengan China, coding adalah bahasa baru bukan hanya untuk bisnis, tapi juga untuk kehidupan di masyarakat kita,” terangnya.

Asia, menurutnya, dalam beberapa hal merupakan lingkungan yang ideal untuk para pelaku coding.

“Asia memiliki peringkat tinggi untuk matematika, sains, dan disiplin lain yang sesuai dengan pemrograman. Namun kita perlu memulai lebih awal daripada tingkat universitas. Seperti halnya anak-anak yang cenderung belajar bahasa baru lebih baik daripada orang dewasa, mereka juga bisa belajar pemrograman,” jelasnya.

Pemrograman juga membantu peserta program First Code mengembangkan keterampilan hidup penting lainnya. Ia menceritakan pengalaman seorang siswa yang hampir tidak bisa berbicara di depan orang lain karena sangat gugup membuat kesalahan atau mengatakan hal yang salah.

“Setelah dua sesi kursus, dia menjadi sangat percaya diri dan berani dengan lantang menjawab pertanyaan. Dia belajar bahwa tidak apa-apa membuat kesalahan. Saat aplikasi Anda mogok, Anda menemukan masalahnya, memperbaikinya, dan mencoba lagi sampai berhasil. Seperti itulah bagaimana hidup berjalan,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper