Bisnis.com, JAKARTA - CEO Facebook Inc, Mark Zuckerberg membela peran perusahaannya dalam pemilihan AS dan menyangkal pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa jaringan sosial tersebut menentangnya.
Mark telah bertahan selama beberapa pekan terakhir setelah pengumuman bahwa agen Rusia membeli iklan di Facebook dan membuat akun palsu untuk mengobarkan ketegangan politik di AS menjelang pemungutan suara presiden 2016 silam.
Dalam sebuah posting Facebook pada hari Rabu (27/9), Mark mengatakan bahwa Trump dan anggota partai liberal kecewa dengan gagasan dan konten di Facebook selama kampanye berlangsung.
Mark mencatat bahwa kampanye 2016 adalah yang pertama di AS di mana media internet menjadi jalur utama dalam komunikasi kandidat dengan pemilih.
Dia juga menunjuk upaya mempromosikan pemungutan suara yang telah mendorong hampir 2 juta orang untuk mendaftar sebagai pemilih.
Dalam postingan yang sama, Zuckerberg mengatakan dia menyesal mengatakan setelah pemilihan bahwa gagasan bahwa informasi salah di Facebook mengubah hasil pemilihan adalah gagasan “gila”, menambahkan bahwa komentar tersebut "tidak sopan".
Sebelumnya pada hari Rabu, Trump dalam akun Twitternya mengkritik Facebook sebagai "anti-Trump" dan menduga perusahaan tersebut berkolusi dengan media lain yang menentangnya.
Facebook adalah bagian dari investigasi Kongres dan pengacara khusus Robert Mueller dalam dugaan keterlibatan Rusia pada pemilu 2016.
Facebook bersama dengan Twitter dan Google diundang untuk hadir dalam audiensi publik Komite Intelijen Senat pada 1 November untuk membahas penggunaan media sosial Rusia dalam mempengaruhi pemilihan presiden AS tahun lalu.
Dalam undangan yang disampaikan ajudan senat tersebut, pejabat ketiga perusahaan juga diminta hadir dalam persidangan terbuka pada bulan depan oleh Komite Intelijen DPR AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel