Kabar24.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan, Equinox merupakan fenomena astronomi ketika Matahari melintas tepat di atas garis Khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada 22 - 23 Maret dan 22 - 23 September.
Fenomena Equinox sering dikaitkan dengan meningkatnya suhu di permukaan bumi secara drastis hingga menyebabkan heat wave di beberapa bagian dunia yang dilewati garis Khatulistiwa seperti Afrika, sebagian dari Amerika Selatan, dan Indonesia.
Namun, menurut BMKG, fenomena Equinox berbeda dengan heat wave karena peningkatan suhu tidak akan berubah secara signifikan seperti yang santer dikabarkan suhu di Indonesia bisa mencapai 40°C ketika Equinox berlangsung.
"Keberadaan fenomena tersebut tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis, kita ketahui rata-rata suhu maksimal di wilayah Indonesia bisa mencapai 32-36°C," ujar Hary Tirti Djatmiko, Kepala Humas BMKG, melalui siaran pers, Jumat (22/9/2017).
Menyikapi hal ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari Equinox sebagaimana disebutkan dalam isu yang berkembang.
Saat fenomena ini berlangsung, di luar bagian bumi hampir relatif sama, termasuk wilayah yang berada di subtropis bagian utara maupun selatan.
Baca Juga
Keberadaan fenomena tersebut tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis. Rata-rata suhu maksimal di wilayah Indonesia bisa mencapai 32-36°C.
Secara umum kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembap/basah sebab beberapa wilayah Indonesia saat ini sedang memasuki masa/periode transisi/pancaroba. Maka, ada baiknya masyarakat tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan tetap menjaga kesehatan keluarga, serta lingkungan.