Bisnis.com, JAKARTA – Setelah kemenangannya dalam pemilu Prancis, Emmanuel Macron berjanji untuk menyatukan Prancis dengan mengatakan bahwa dia akan mengatasi masalah perpecahan selama masa kampanye presiden kemarin.
Macron berkomentar dalam sebuah pidato kepada pendukung di markas kampanyenya di Paris kurang dari satu jam setelah Le Pen mengakui kekalahannya dalam pemilu.
Dengan penghitungan masih berlangsung, empat lembaga hitung cepat Prancis menempatkan Macron sebagai pemenang dengan 65% suara, sedangkan Le Pen mendapat 35% suara.
"Saya tahu bahwa ada kemarahan, kekhawatiran dan keraguan yang kalian ekspresikan," kata Macron, yang menjadi presiden termuda Prancis di usia 39 tahun.
Macron juga berjanji untuk mengerahkan segala upayanya demi menyatukan perbedaan yang muncul di tengah warga Prancis.
Kemenangan Macron atas kandidat Front Nasional memperkuat Uni Eropa dan memukul gelombang populis yang telah mengguncang negara-negara demokrasi barat selama setahun terakhir.
Baca Juga
Andre Sapir, ilmuwan senior Bruegel, mengatakan bahwa Macron adalah wajah baru yang dibutuhkan Prancis dan Eropa dan akan menjadi sebuat awal yang baru bagi negara tersebut.
"Macron memberi Eropa harapan besar,” ujarnya, seperti dikutip Bloomberg.
Sebagai seorang globalis pro-Eropa, Macron saat ini dihadapkan dengan tantangan untuk menyatukan Prancis yang terpecah setelah pemilu yang paling pahit dan bergolak saat ini.
Tantangannya tersebut mencakup pengurangan tingkat pengangguran yang tinggi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi, ancaman teroris yang membuat trauma negara iniserta memulihkan kepercayaan masyarakat.
Para pemimpin negara-negara lain segera memberi selamat kepada Macron. Perdana Menteri Inggris Theresa May adalah di antara yang pertama memberi selamat kepadanya.
Kanselir Jerman Angela Merkel juga memerikan selamat dan memuji kampanye pro-Eropa dalam telepon singkat. Adapun Presiden Donald Trump mengucapkan selamat kepada Macron di akun Twitternya.
Hasil pemilu Prancis ini akan membantu mengembalikan kepercayaan diri Uni Eropa setelah keputusan Inggris untuk meninggalkan blok tersebut tahun lalu.