Kabar24.com, JAKARTA - Militer Amerika Serikat melancarkan serangan rudal ke Suriah sebagai respons atas dugaan serangan senjata kimia ke sebuah kota yang dikuasai kubu pemberontak.
Seorang pejabat Departemen Pertahanan AS mengatakan, sekitar 50 rudal jelajah Tomahawk ditembakkan dari beberapa kapal perusak di perairan Laut Mediterania menuju sebuah pangkalan udara Suriah kemarin.
Dalam pidato yang ditayangkan di televisi, Presiden AS Donald Trump mengklaim pangkalan udara tersebut merupakan tempat serangan senjata kimia berasal.
Trump juga menjuluki Presiden Suriah, Bashar al-Assad, sebagai seorang "diktator" yang telah meluncurkan serangan senjata kimia yang mengerikan kepada warga sipil tak berdosa.
"Malam ini saya menyeru semua negara untuk bergabung dengan kami dalam mengakhiri pembantaian dan pertumpahan darah di Suriah sekaligus mengakhiri segala macam dan segala bentuk terorisme," ujar Trump dari kediamannya di Florida sebagaimana dikutip BBC.com, Jumat (7/4/2017).
Departemen Pertahanan AS mengatakan Rusia, yang menyokong militer Suriah, telah diberitahu sebelum serangan rudal ke Suriah digelar. Menurut juru bicara Gedung Putih, target serangan dipilih berdasarkan riset yang telah dilakukan.
"Kami punya keyakinan kuat bahwa serangan senjata kimia yang dilakoni awal pekan ini diluncurkan dari lokasi tersebut di bawah komando rezim Assad," ujarnya.
Menurut kelompok pemantau yang berkantor di Inggris Syrian Observatory for Human Rights, 20 anak-anak dan 52 orang dewasa meninggal dunia dalam serangan yang diduga melibatkan gas beracun di Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, pada Selasa (4/4/2017).
Rekaman gambar sesudah peristiwa itu menunjukkan warga sipil, banyak di antara mereka adalah anak-anak, mengalami sesak nafas dan mengeluarkan busa dari mulut.
Berdasarkan pemeriksaan terhadap korban yang dirawat di dalam wilayah Turki, Menteri Kehakiman Bekir Bozdag mengatakan, hasil otopsi mengukuhkan bahwa senjata kimia memang digunakan dalam serangan itu.