Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKONOMI GLOBAL: G7 Khawatirkan Ekonomi Dunia

Para pemimpin negara anggota G7 menyuarakan kekhawatiran mengenai keadaan perkembangan ekonomi global pada konferensi di Jepang.
Para kepala negara anggota G7/Reuters
Para kepala negara anggota G7/Reuters

Kabar24.com, ISE SHIMA - Para pemimpin negara anggota G7 menyuarakan kekhawatiran mengenai keadaan perkembangan ekonomi global pada konferensi di Jepang.

Para Pemimpin negara-negara anggota G7 menyepakati perlunya fleksibiltas belanja guna memacu pertumbuhan ekonomi global. Namun, waktu dan jumlah pengeluaran tersebut tergantung pada tiap-tiap negara. Mereka juga menambahkan bahwa beberapa negara bahkan tidak perlu melakukan hal tersebut. Inggris dan Jerman menolak seruan untuk memacu stimulus fiskal.

“Para pemimpin G7 menyerukan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat dan kurang stabil merupakan situasi yang mengkhawatirkan kendati terdapat pandangan yang menyebutkan bahwa situasi ekonomi saat ini tidak dalam keadaan krisis,” ujar Hiroshige Seko, Wakil Kepala Sekretaris Kabinet Jepang seperti dikutip Reuters, Kamis (26/5/2016).

Dalam konferensi tersebut, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengemukakan data yang menunjukkan harga komoditas global yang jatuh sebesar 55% dalam rentang waktu Juni 2014 hingga Januari 2016 dan pelemahan yang sama pada Juli 2008 hingga February 2009 setelah kebangkrutan Lehman pada 2008.

Lehman pernah menjadi bank investasi terbesar keempat Amerika Serikat sebelum bangkrut pada 2008.

Menurut beberapa politisi, Abe berharap bisa menggunakan pernyataan mengenai ekonomi global di forum G7 untuk melindungi paket fiskal domestik termasuk menunda penaikan pajak penjulan di negara tersebut yang direncanakan menjadi 10% pada April tahun depan dari 8% saat ini.

Sementara itu, dalam sebuah konferensi pers Obama menekankan pentingnya menunda devaluasi mata uang yang mungkin dilakukan oleh beberapa negara guna meningkatkan ekspor.

Topik lain yang menjadi pembahasan dalam pertemuan tersebut adalah keamanan cyber dan maritim, terkhusus meningkatnya agresifitas China di Laut China Timur dan Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper