Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CALON HAKIM MK: Surat Keberatan Dipicu Kepentingan Hamdan Zoelva?

Anggota Komisi III DPR Ahmad Basarah menilai surat Mahkamah Konstitusi (MK) No. 2777/HP.00.00/12/2014 tanggal 11/12 terkait keberatan terhadap keputusan Presiden Jokowi yang memilih Refly Harun, dan Todung Mulya Lubis sebagai anggota panitia seleksi (pansel) calon hakim konstitusi adalah berlebihan.
Panitia seleksi hakim konstitusi yaitu Harjono (kanan), Saldi Isra (kedua kiri), Refli Harun (kiri) dan Widodo Ekatjahjana (kedua kanan) memberikan keterangan pers di Jakarta, Rabu (10/12)./Antara
Panitia seleksi hakim konstitusi yaitu Harjono (kanan), Saldi Isra (kedua kiri), Refli Harun (kiri) dan Widodo Ekatjahjana (kedua kanan) memberikan keterangan pers di Jakarta, Rabu (10/12)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA— Anggota Komisi III DPR Ahmad Basarah menilai surat Mahkamah Konstitusi (MK) No. 2777/HP.00.00/12/2014 tanggal 11/12 terkait keberatan terhadap keputusan Presiden Jokowi yang memilih Refly Harun, dan Todung Mulya Lubis sebagai anggota panitia seleksi (pansel) calon hakim konstitusi adalah berlebihan.

SIMAK: CALON HAKIM MK: Kata Fahri, MK Tak Bisa Keberatan

Menurut dia, pembentukan pansel dan penetapan hakim konstitusi dari unsur Presiden adalah  wewenang Presiden yang tidak dapat diintervensi siapa pun.

Pasal 24C ayat (3) UUD 1945 telah menjamin bahwa MK mempunyai 9 orang hakim konstitusi yang masing-masing tiga orang orang diajukan Mahkamah Agung, tiga oleh DPR, dan tiga orang oleh Presiden.

Untuk menjamin proses penetapan hakim konstitusi yang transparan dan partisipatif, kata Basarah, sesuai perintah Pasal 19 UU MK, maka Presiden membentuk pansel untuk membantunya.

Politisi PDIP itu menambahkan, pasal 24C ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945 menjamin tidak ada intervensi dalam pembentukan pansel dan penetapan hakim konstitusi oleh Presiden.

"Melalui surat tersebut, MK secara nyata telah melanggar UUD 1945, padahal MK seharusnya menjadi penjaga UUD 1945," kata Basarah di Jakarta, Senin (15/12/2014).

Dia menilai surat keberatan MK itu bernuansa kepentingan politik. Ketua MK Hamdan Zoelva telah menyatakan berminat maju kembali untuk periode kedua.

"Muncul kesan bahwa Hamdan Zoelva ingin pansel diisi orang-orang yang mendukungnya. Surat ini juga bentuk arogansi Ketua MK yang menganggap Presiden seakan tidak mampu memilih figure pansel yang independen dan objektif," kata dia.

Oleh karena itu, dengan pertimbangan tersebut, dia mendesak MK segera menarik kembali surat tersebut karena telah meruntuhkan kewibawaan MK sebagai lembaga peradilan yang harusnya bebas dari pengaruh kepentingan politik.

"Saya juga meminta kepada Presiden dan pansel untuk tetap bekerja dalam memilih hakim konstitusi yang berintegritas, adil dan negarawan," kata Basarah. (Bisnis.com)

BACA JUGA:

Selamat! Inilah Bayi Perempuan Anang & Ashanty

JADWAL TANDING AREMA: Bustomi Cs Lebih Santai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Editor
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper