Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Outlook Ekonomi RI Turun, Istana: Bukan Pesimis, Ini Realistis

Istana Kepresidenan buka suara soal proyeksi atau outlook pertumbuhan ekonomi RI turun menjadi 4,7% hingga 5%.
Siluet warga beraktivitas dengan latar gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (2/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Siluet warga beraktivitas dengan latar gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (2/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Istana Kepresidenan mengungkapkan alasan Pemerintah menurunkan proyeksi atau outlook pertumbuhan ekonomi nasional dari sebelumnya 5,2% menjadi di kisaran 4,7% hingga maksimal 5% untuk tahun ini. Penyesuaian ini juga telah disetujui oleh DPR. 

Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menjelaskan latar belakang kebijakan ini agar tak diartikan sebagai bentuk tak optimis saat memberikan keterangan pers di Gedung Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025).

Hasan menegaskan bahwa langkah pemerintah menurunkan outlook ini bukan berarti menunjukkan sikap pesimistis terhadap perekonomian nasional. Dia menjelaskan, keputusan tersebut justru merupakan bentuk penyesuaian yang realistis atas kondisi ekonomi global yang saat ini tengah melambat.

“Kalau soal outlook pertumbuhan ekonomi, kita kan harus meletakkan negara kita dalam situasi internasional. Jadi kondisi globalnya memang melambat. Bahkan mungkin prediksinya rata-rata pertumbuhan global hanya sekitar 2,3 persen,” ucapnya kepada wartawan. 

Menurutnya, penyesuaian outlook ini adalah langkah wajar agar kebijakan pemerintah tetap responsif terhadap dinamika perekonomian dunia. Hasan menambahkan, meski direvisi, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap jauh di atas rata-rata prediksi global dan hanya kalah cepat dari sedikit negara di kawasan Asia Tenggara.

“Tapi dengan penyesuaian-penyesuaian ini pun, sebenarnya kita masih dalam suasana yang sangat optimis. Karena kan jauh di atas prediksi pertumbuhan global yang hanya sekitar 2,3 persen. Bahkan mungkin hanya beberapa negara, seperti Vietnam dan Filipina, yang prediksinya di atas kita,” kata Hasan.

Lebih lanjut, dia menekankan, dibandingkan negara-negara lain yang hanya diperkirakan tumbuh 0–1 persen, capaian Indonesia tetap tergolong tinggi. Karena itu, revisi target ini bukan cerminan rasa pesimis, melainkan bentuk kehati-hatian pemerintah.

“Jadi ini bukan bagian dari pesimisme. Justru kita masih sangat optimis dengan melihat situasi secara keseluruhan di dunia,” ujarnya.

Lebih lanjut, Hasan juga memaparkan sejumlah langkah yang sedang dan akan ditempuh pemerintah untuk menjaga dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di semester kedua tahun 2025.

Menurutnya, belanja pemerintah akan menjadi motor penggerak utama, terutama melalui belanja modal, belanja barang, dan belanja bantuan sosial.

Selain itu, program-program prioritas seperti Makanan Bergizi Gratis (MBG) juga diharapkan memberi efek positif terhadap perekonomian.

“Makanan bergizi gratis ketika banyak itu nanti sudah mencapai target misalnya, itu juga akan menstimulus perekonomian kita,” jelas Hasan.

Tak hanya itu, dia meyakini rangkaian kebijakan tersebut dapat memperkuat perekonomian nasional menghadapi tekanan global.

“Jadi nanti mungkin ini penyelesaian-penyelesaian yang dibuat hari ini. Tapi kita berharap tentu ada perbaikan-perbaikan untuk sampai 6 bulan yang akan datang,” pungkas Hasan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akbar Evandio
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper