Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat politik Hendri Satrio menilai gaya kepemimpinan antara Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mirip.
Menurutnya, dua tokoh itu memiliki kemiripan dalam memikat hati rakyat, mulai dari memanfaatkan drama hingga pendekatan kebijakan yang cenderung populis (menekankan kepentingan “rakyat biasa”).
Hensat, sapaan akrabnya, melanjutkan baik Jokowi maupun Dedi Mulyadi sama-sama piawai dalam seni bercerita (dalam pidato hingga konten di media sosial), sehingga publik terpikat.
“Kesamaan Jokowi dan Dedi Mulyadi adalah satu, memanfaatkan kesenangan atau hobinya sebagian masyarakat Indonesia, yaitu nonton drama dan sandiwara. Dan sinetron, drama, sandiwara ini dimanfaatkan betul. Jadi selalu ada storytelling yang disampaikan oleh Jokowi dan Dedi Mulyadi,” ungkapnya melalui keterangan tertulis yang dikutip Sabtu (10/5/2025).
Tak hanya itu, dia berpendapat bahwa aksi dan gestur Jokowi serta Dedi Mulyadi dihadapan publik sudah dirancang untuk menyasar masayarakat kecil guna mendapatkan simpati rakyat.
Kemudian, imbuhnya, keduanya acap kali tampil lebih santai. Berbeda dengan pendahulu-pendahulunya yang cenderung kaku dan birokratis.
Baca Juga
“Keduanya banyak melakukan perbedaan-perbedaan dengan pejabat sebelumnya. Dari segi penampilan hingga gaya komunikasi, jadi keduanya diuntungkan karena pejabat sebelumnya yang lebih birokratis, lebih kaku, ini lebih santai," katanya.
Lebih lanjut, Hensa turut menyoroti Jokowi dan Dedi Mulyadi lebih mengutamakan kedekatan yang nyata dengan rakyat, dibandingkan dengan proyek-proyek abstark.
Misalnya saja, sebutnya, program infrastruktur oleh Jokowi dan pemberdayaan desa oleh Dedi Mulyadi, ini lebih memiliki efek langsung terhadap masyarakat.
Mesi demikian, Hensa mengkritik gaya kepemimpinan ini rawan mengesampingkan visi jangka panjang. Atau bahkan narasi drama yang berlebihan juga dikhawatirkan mengaburkan substansi.
"Namun, tak bisa dihindari, formula yang dijalankan Jokowi dan Dedi Mulyadi terbukti efektif menjaga dukungan publik, dan kemampuan mereka untuk tetap “nyambung” dengan rakyat menjadi pelajaran tersendiri," pungkas dia.