Bisnis.com, JAKARTA - China sedang mengkaji kemungkinan perundingan dagang dengan AS, tanda pertama sejak Presiden Donald Trump menaikkan tarif resiprokal bulan lalu bahwa negosiasi dapat dimulai antara kedua belah pihak.
Melansir Bloomberg pada Jumat (2/5/2025), Kementerian Perdagangan China mengatakan dalam sebuah pernyataan menyebut pihaknya telah mencatat pejabat senior AS berulang kali menyatakan kesediaan mereka untuk berbicara dengan Beijing tentang tarif sekaligus mendesak pejabat di Washington untuk menunjukkan "ketulusan" terhadap China.
"AS baru-baru ini mengirim pesan ke China melalui pihak-pihak terkait, dengan harapan untuk memulai perundingan dengan China. Kami saat ini sedang mengevaluasi hal ini," demikian kutipan keterangan resmi tersebut.
Meski menyatakan keterbukaan baru untuk berunding, Kementerian Perdagangan China membingkai pernyataannya sebagai sesuatu yang konsisten dengan posisi Beijing sebelumnya.
Sebagai syarat negosiasi, mereka meminta AS untuk menunjukkan ketulusannya dan bersiap untuk memperbaiki praktiknya yang salah dengan menghapuskan tarif sepihak.
"Jika kita berjuang, kita akan berjuang sampai akhir; jika kita berbicara, pintunya terbuka. Jika Amerika Serikat ingin berbicara, ia harus menunjukkan ketulusannya dan bersiap untuk memperbaiki praktiknya yang salah dan membatalkan tarif sepihak," kata Kementerian Perdagangan China.
Baca Juga
Pernyataan tersebut mengisyaratkan kebuntuan antara dua ekonomi terbesar dunia itu dapat berubah, setelah Trump menaikkan tarif AS ke level tertinggi dalam satu abad dan Beijing membalasnya dengan cara yang sama.
Trump telah berulang kali mengatakan Presiden Xi Jinping perlu menghubunginya untuk memulai pembicaraan tarif. Awal minggu ini, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan terserah Beijing untuk mengambil langkah pertama guna meredakan perselisihan antara kedua negara.
"Tingginya tarif timbal balik terhadap China tidak berkelanjutan, jadi pasar mengharapkan AS dan China untuk mulai bernegosiasi di beberapa titik," kata Woei Chen Ho, ekonom di United Overseas Bank Ltd.
Dia menambahkan awal negosiasi kemungkinan akan mendorong volatilitas pasar lagi karena diperkirakan tidak akan berjalan mulus.
Sementara itu, perombakan mengejutkan yang diumumkan Trump pada Kamis dapat memperumit hubungan bilateral dengan memperluas portofolio Menteri Luar Negeri Marco Rubio, orang pertama dalam jabatannya yang dikenai sanksi oleh Beijing.
Presiden AS mengumumkan Rubio akan menjabat sebagai penasihat keamanan nasional sementara sambil tetap mempertahankan jabatannya sebagai menteri luar negeri. Michael Waltz, penasihat keamanan nasionalnya saat ini, akan dicalonkan menjadi duta besar AS berikutnya untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Diplomat tertinggi AS sebelumnya telah berjanji untuk mengatasi "tindakan destabilisasi" Beijing di Laut Cina Selatan.
Berbicara dalam sebuah wawancara dengan Sean Hannity dari Fox News yang disiarkan pada Kamis malam, Rubio mengatakan China tengah mencari "akomodasi jangka pendek" dengan AS dan melihat bahwa bea masuk tersebut berdampak besar pada ekonominya.
"China sedang berusaha keras. Mereka ingin bertemu, mereka ingin berbicara," kata Rubio.
Perwakilan Gedung Putih, Kantor Perwakilan Dagang AS, dan Departemen Keuangan dan Perdagangan tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Aktivitas manufaktur China merosot ke kontraksi terburuk sejak Desember 2023. Pesanan ekspor baru turun ke level terendah sejak Desember 2022 dan mencatat penurunan terbesar sejak April tahun itu, ketika Shanghai memasuki karantina wilayah akibat pandemi di seluruh kota.