Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korea Utara Akhirnya Akui Kirim Pasukan Bantu Rusia

Korea Utara mengakui untuk pertama kalinya bahwa mereka mengerahkan pasukan untuk mendukung perang Rusia di Ukraina.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un meninggalkan Pyongyang, Korea Utara, untuk mengunjungi Rusia, 10 September 2023. / KCNA via Reuters
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un meninggalkan Pyongyang, Korea Utara, untuk mengunjungi Rusia, 10 September 2023. / KCNA via Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Korea Utara mengakui untuk pertama kalinya bahwa mereka mengerahkan pasukan militer untuk mendukung perang Rusia di Ukraina. Korea Utara menyebut pihaknya membantu Moskow merebut kembali kendali atas wilayah perbatasan Kursk.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memutuskan untuk berpartisipasi dalam konflik tersebut untuk membebaskan Wilayah Kursk guna mengusir invasi terhadap Federasi Rusia oleh otoritas Ukraina dalam sebuah operasi yang telah "berakhir dengan kemenangan," kata kantor berita KCNA, dikutip dari Bloomberg pada Senin (28/4/2025).

Dikatakan bahwa keputusan untuk bergabung dalam perang tersebut sejalan dengan perjanjian pertahanan bersama kedua negara yang ditandatangani tahun lalu. 

Menurut KCNA, Kim memerintahkan pasukan untuk memusnahkan dan menyapu bersih Ukraina, yang mereka sebut sebagai penjajah neo-Nazi Ukraina. Kim bahkan menyebutnya sebagai misi suci untuk lebih memperkuat hubungan Korea Utara-Rusia.

Hal ini menyusul klaim Rusia bahwa mereka telah menyelesaikan upayanya untuk mengusir pasukan Ukraina dari Wilayah Kursk, yang mengindikasikan bahwa Ukraina mungkin telah kehilangan posisi tawar yang penting dengan Moskow setelah tujuh bulan menguasai wilayah Rusia. 

Klaim Moskow tidak dapat diverifikasi secara independen. Namun, militer Ukraina membantah telah mengusir mereka sepenuhnya dari wilayah Rusia, dengan mengatakan bahwa pasukannya mempertahankan posisi mereka di wilayah tersebut dan terus menahan serangan ke arah Kursk.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang telah meningkatkan tekanan pada Kyiv untuk mencapai kesepakatan damai yang dikhawatirkan para kritikus akan menguntungkan Rusia, mengatakan Rusia dan Ukraina sangat dekat dengan kesepakatan. 

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy berharap untuk perdamaian yang dapat diandalkan dan abadi setelah bertemu Trump di Roma sebelum pemakaman Paus Fransiskus. 

Jika klaim Korea Utara tentang misi yang berhasil diverifikasi, itu bisa menjadi suntikan bagi ambisi militer Kim, yang menawarkan paparan medan perang utama bagi pasukannya. 

Rezim Pyongyang mengendalikan salah satu militer terbesar di dunia yang terdiri dari sekitar 1,3 juta personel aktif. Sementara rezim Kim ingin memamerkan kemajuan pertahanannya dengan peluncuran rudalnya, seharusnya badan mata-mata Korea Selatan mengatakan tentara Korea Utara kurang memahami peperangan modern.

Meskipun konfirmasi resmi Pyongyang memakan waktu berbulan-bulan, ada bukti bahwa pasukannya berpartisipasi dalam perang Ukraina. Pada bulan Januari, militer Ukraina menangkap dua tentara Korea Utara dan Seoul memperkirakan bahwa sekitar 300 tentara Pyongyang tewas saat mendukung perang Rusia. 

Pejabat intelijen Korea Selatan dan Ukraina mengatakan Korea Utara mengirim sedikitnya 10.000 tentara ke Rusia musim gugur lalu. 

KCNA menambahkan bahwa angkatan bersenjata Korea Utara menunjukkan semangat juang dan temperamen militer yang tinggi.

Pemerintah Korea Selatan mendesak penarikan segera pasukan Korea Utara dari Rusia dan berjanji untuk menanggapi dengan tegas bersama dengan masyarakat internasional jika kolusi militer saat ini antara Korea Utara dan Rusia berlanjut, kata juru bicara Kementerian Unifikasi Koo Byoung-sam dalam sebuah pengarahan. Dia menambahkan, partisipasi militer Korea Utara dalam perang Ukraina adalah tindakan ilegal yang jelas yang melanggar resolusi PBB dan pengakuan itu juga merupakan pengakuan kegiatan kriminal. 

Pada Jumat pekan lalu, Kim, ditemani oleh putrinya yang masih kecil Ju Ae, menghadiri upacara peluncuran kapal perusak baru seberat 5.000 ton, yang menurut KCNA dilengkapi dengan sistem senjata serang canggih yang menandai terobosan dalam upaya negara itu untuk memodernisasi angkatan lautnya.

Sekutu Ukraina, termasuk AS dan Korea Selatan, telah memperingatkan bahwa keterlibatan Pyongyang dalam pertempuran selama dua tahun itu berisiko memperburuk konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. 

Mereka percaya bahwa kerja sama yang semakin erat antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kim juga dapat memengaruhi keseimbangan keamanan di kawasan Indo-Pasifik, tempat persaingan antara China dan AS meningkat.

Kim telah menjadi sekutu utama Putin, menyediakan bala bantuan langka untuk mendukung perangnya, yang juga memicu kekhawatiran tentang potensi bantuan Moskow untuk meningkatkan persenjataan nuklir dan rudal Pyongyang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper