Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri Sugiono mengungkap secara terbuka langkah-langkah diplomatik Indonesia dalam menghadapi kebijakan tarif impor yang baru saja diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Saat ditemui Bisnis secara terpisah di agenda Sarasehan Ekonomi, Sugiono menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia telah merespons kebijakan tersebut secara cepat dan terkoordinasi lintas kementerian.
“Kami langsung mengadakan rapat pada 3 April, hanya sehari setelah Presiden Trump mengumumkan kebijakan tarifnya. Dalam rapat itu, bersama Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan, kami menyusun respons awal dari Pemerintah Republik Indonesia,” tuturnya kepada Bisnis, Selasa (8/4/2025) malam.
Lebih lanjut, dia menyebutkan bahwa langkah awal pemerintah adalah melakukan kajian dampak terhadap industri domestik akibat kebijakan tarif tersebut.
Selain itu, dia juga mengaku bahwa Indonesia juga tengah menyiapkan langkah diplomatik dengan mengirim delegasi tingkat tinggi (high level delegation) untuk memulai proses negosiasi dengan pemerintah Amerika Serikat (AS).
“Kami akan kirim delegasi tingkat tinggi untuk negosiasi. Dari sisi diplomasi, kami juga sudah menjalin komunikasi sejak forum World Economic Forum di Davos. Bahkan, pertemuan lanjutan sudah dijadwalkan, meski waktunya masih menunggu konfirmasi dari pihak AS,” katanya.
Baca Juga
Sugiono juga menjelaskan bahwa awalnya pembicaraan dengan Kementerian Luar Negeri AS tidak menjadwalkan isu tarif sebagai agenda utama. Namun setelah Trump secara mendadak mengumumkan kebijakan tarif baru pada 2 April, isu tersebut kini menjadi salah satu poin penting yang akan dibicarakan.
“Kami bernegosiasi dari berbagai lini. Meski awalnya topik tarif tidak masuk agenda, kini tentu akan jadi bagian dari pembahasan,” tambahnya.
Ketika ditanya apakah sudah ada tanggapan dari pihak Trump, Sugiono mengakui bahwa hingga kini belum ada jawaban resmi.
Sugiono juga menegaskan bahwa langkah Indonesia bukan hanya bersifat reaktif, tetapi juga strategis, dengan mempertimbangkan berbagai skenario untuk menjaga kestabilan ekonomi nasional.
“Saya tidak tau maksud Trump tidak suka multilateral. Mungkin karena ini kan urusannya antara Amerika dengan negara masing-masing. Jadi saya kira pendekatannya ya case by case, country by country. Gak kemudian gelombongan,” pungkas Sugiono.