Bisnis.com, JAKARTA - Narasi "Greater Israel" tengah menggema di sejumlah media sosial pada beberapa waktu belakangan.
Greater Israel merupakan ideologi, atau rencana besar Zionis untuk memperluas jangkauan kependudukan mulai dari Palestina hingga Turki.
Narasi ini sudah lama digaungkan, namun kembali menyeruak setelah salah satu media Israel merilis artikel berjudul "Is Lebanon part of Israel's promised territory?".
Artikel ini diunggah pada 25 September 2024, yang dinilai mendukung invasi Israel ke beberapa negara-negara Arab.
Setelah menyerang Iran, Israel memang langsung meluncurkan serangan udara di Lebanon yang membuat belasan masyarakat tewas.
Israel menargetkan beberapa area di Lebanon pada Minggu (6/10/2024) malam waktu setempat. Titik serangan tersebut berada di Desa Kayfoun dan Kota Marjeyoun.
Setelah ini, Israel diduga akan melakukan serangan ke negara lain seperti Yordania dan Irak.
Melansir Middle East Monitor, dalam artikel "Is Lebanon part of Israel's promised territory" menyebutkan bahwa tanah yang “dijanjikan Tuhan” kepada “anak-anak Israel” mencakup wilayah Israel modern, Tepi Barat, Gaza, Lebanon, Suriah, Yordania, Irak, dan bahkan Turki.
Klaim tersebut didasarkan dari teks-teks keagamaan yang menyebut, "dari ‘Sungai Mesir’ [ditafsirkan oleh beberapa orang sebagai Sungai Nil atau sungai yang lebih kecil di Sinai] hingga Sungai Perat [Efrat]".
Viralnya Narasi Greater Israel
Baru-baru ini, narasi "Greater Israel" Kembali viral setelah diunggah oleh akun Twitter BreakThrough News pada Sabtu (5/10/2024).
Greater Israel disebut sebagai rencana besar Israel untuk menaklukkan negara-negara Arab untuk memiliki "Tanah yang Dijanjikan".
Ideologi ini pun muncul pertama kali dalam buku harian Theodor Herzl, pendiri Zionisme, pada tahun 1898.
Di dalamnya tertulis visi Herzl tentang negara Yahudi di masa depan terbentang dari Sungai Nil hingga Efrat. Ide ini dipresentasikan pada Konferensi Perdamaian Paris tahun 1919, ketika perbatasan negara-negara masa depan dibuat setelah Perang Dunia I.
Pemimpin Zionis pada masa itu yakni David Ben-Gurion, menganjurkan pembentukan negara Yahudi yang mencakup sebagian Lebanon, Suriah, dan Yordania dalam peta yang baru.
Namun hal tersebut langsung ditolak oleh para anggota konferensi.
Sayangnya bagi sejumlah masyarakat Palestina, konsep "Greater Israel" kemungkinan bisa terjadi setelah meluasnya kependudukan di wilayah Gaza dan Tepi Barat.