Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Konservatif, DPR Akan Desak Pemerintah Kerek Pertumbuhan Ekonomi Jadi 5,4%

Said Abdullah akan meminta pemerintah mengerek target pertumbuhan ekonomi menjadi minimal 5,4% pada 2025.
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah dari Fraksi PDIP./Dok. DPR
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah dari Fraksi PDIP./Dok. DPR

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah akan meminta pemerintah mengerek target pertumbuhan ekonomi menjadi minimal 5,4% pada 2025 atau tahun pertama pemerintahan presiden terpilih periode 2024—2029 Prabowo Subianto.

Dalam Nota Keuangan RAPBN 2025, pemerintah hanya menargetkan pertumbuhan ekonomi di angka 5,2%. Target itu cenderung konservatif karena pada tahun 2024, pemerintah juga menargetkan pertumbuhan di angka yang sama.

Said secara terbuka tidak puas dengan target pertumbuhan ekonomi 5,2% seperti dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUU APBN) 2025 yang diajukan pemerintah ke DPR. Oleh sebab itu, sambungnya, Banggar akan menegosiasikan kembali angka tersebut dengan pemerintah.

"Pada pembahasan dengan Banggar DPR nanti, saya berharap pemerintah setuju target pertumbuhan tahun depan minimal 5,4%," jelas Said dalam keterangannya, dikutip Sabtu (17/8/2024).

Elite PDI Perjuangan (PDIP) tersebut meyakini, angka pertumbuhan 5,4% masih moderat. Tak hanya itu, target tersebut juga akan memudahkan pemerintahan Prabowo ke depan untuk mewujudkan janji kampanye pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi ke depannya.

"Kita pernah tumbuh 6-7%, seperti yang diharapkan Presiden [terpilih] Prabowo Subianto," ujarnya.

Tak hanya itu, Said juga kurang setuju dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun depan yang diproyeksikan pemerintah sebesar Rp16.100. Padahal, dia meyakini bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed akan menurunkan suku bunga.

Menurutnya, pemerintahan Prabowo ke depan bisa memanfaatkan itu dengan bauran kebijakan pembayaran valas yang lebih beragam. Dengan demikian, sambungnya, ketergantungan terhadap dolar AS bisa kita dikurangi sehingga kurs rupiah bisa lebih rendah di level Rp15.900—16.000.

"Demikian halnya dengan suku bunga SBN bisa kita dorong lebih rendah, sebab kita sudah menghadapi beban bunga utang yang semakin tinggi, dan tertinggi di Asean. Idealnya suku bunga SBN bisa di level 6,7 persen," lanjut Said.

Target Konservatif 

Sebelumnya, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di angka 5,2%. Target ini cenderung konservatif dibandingkan dengan target-target pada lima tahun terakhir.

Dalam catatan Bisnis, pada periode kedua pemerintahan presiden Jokowi, rata-rata target pertumbuhan ekonomi berada di angka 5,2%. Tentu saja penghitungan angka rata-rata itu tidak menghitung kondisi force majeure Covid-19 yang melanda tanah air pada tahun 2020 dan baru recovery pada akhir 2022.

Target 2025 itu lebih rendah dibandingkan tahun 2020 dan 2023 yang mencapai 5,3%. Angka pertumbuhan di angka 5,2% itu juga sama pada tahun 2022 dan 2024. Target pertumbuhan ekonomi di angka 5,2% hanya lebih besar dibandingkan target tahun 2021 yang waktu itu hanya dipatok sebesar 5%.

Kendati demikian, angka pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% dianggap terlalu optimistis jika mengacu kepada realisasi pertumbuhan ekonomi pada 5 tahun terakhir. Rata-rata pertumbuhan ekonomi 2020-2023 (audited) dan 2024 (outlook), hanya sebesar 3,42%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper