Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gagal Tangani Boikot Jadi Salah Satu Alasan CEO Starbucks Lengser

CEO Starbucks Laxman Narasimhan resmi digantikan oleh Brian Niccol per September 2024.
Logo Starbucks terpampang di atas kafe mereka di London, Inggris, 13 Agustus 2024/REUTERS-Hollie Adams
Logo Starbucks terpampang di atas kafe mereka di London, Inggris, 13 Agustus 2024/REUTERS-Hollie Adams

Bisnis.com, JAKARTA - Starbucks resmi menunjuk CEO baru yang akan menjabat per September 2024. Ia adalah Brian Niccol.

Brian resmi menggeser Laxman Narasimhan yang sudah menjabat selama 17 bulan sejak Maret 2023 lalu.

Pergantian jabatan ini tak lain dan tak bukan adalah karena alasan penjualan yang semakin menurun di tengah isu boikot.

"Kami sangat senang menyambut Brian di Starbucks. Karirnya yang fenomenal sudah terbukti. Brian adalah pembawa budaya yang membawa segudang pengalaman dan rekam jejak yang terbukti dalam mendorong inovasi dan pertumbuhan. Seperti kita semua di Starbucks, dia memahami bahwa pengalaman pelanggan yang luar biasa berakar pada pengalaman mitra yang luar biasa,” kata Dewan Starbucks Melody Hobson, dikutip dari stories.starbucks.com, Rabu (14/8).

Howard Schultz, mantan CEO Starbucks ikut buka suara mengenai penunjukkan Brian Niccol. Ia mengatakan bahwa Niccol adalah pemimpin yang dibutuhkan Starbucks pada momen penting dalam sejarahnya.

Setelah pergantian pimpinan tersebut, saham Starbucks melonjak lebih dari 20% setelah pengumuman tersebut.

Bulan lalu, perusahaan tersebut mengatakan penjualan global turun 3% year on year (yoy) pada kuartal II/2024 di tengah melemahnya ekonomi AS dan China.

Melansir dari Business Insider, Laxman dinilai memiliki beberapa kelemahan yang membuat penjualan Starbucks tidak berkembang.

Meskipun penjualan menurun karena dugaan aktivitas boikot, namun Laxman dinilai gagal meningkatkan nilai perusahaan dalam beberapa waktu terakhir.

Kepada investor, ia juga mengatakan boikot yang terkait dengan Timur Tengah telah menyebabkan beberapa pelanggan menghindari merek tersebut.

Dia mengatakan bahwa terdapat konsumen yang menantang (Starbucks) di AS, sementara di China penjualan terpukul oleh belanja konsumen yang berhati-hati dan meningkatnya persaingan.

Pada akhir bulan Juli, perusahaan ini membukukan penurunan penjualan toko global sebesar 3% pada kuartal tersebut setelah membukukan peningkatan 10% pada tahun lalu.

Hal ini termasuk penurunan penjualan di pasar dalam negeri. Penjualan toko serupa di AS turun 2% pada kuartal tersebut setelah peningkatan 7% pada kuartal yang sama tahun sebelumnya.

Penjualan toko serupa di China anjlok 14% pada kuartal tahun ke tahun, setelah pertumbuhan besar sebesar 46% pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Meskipun begitu, Starbucks telah mencari beberapa cara untuk meningkatkan penjualan. Termasuk menjual minuman yang terinspirasi dari boba dan memperkenalkan bundling untuk produk tertentu.

Kemudian kesalahan lain yang tak bisa diatasi oleh Laxman yakni masalah dengan serikat kerja, yang sempat viral di media sosial.

Starbucks, di bawah kepemimpinan Narasimhan, dinilai gagal memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang diajukan oleh para serikat kerja.

Musim panas lalu, serikat pekerja menuduh rangkaian “perlakuan tidak adil terhadap pekerja LGBTQIA+”.

Mereka mengatakan kepada Business Insider bahwa Starbucks menolak mengizinkan pekerja di beberapa toko mendekorasi untuk kaum LGBTQIA+ dan telah menurunkan bendera Pride.

Starbucks mengatakan "tidak ada perubahan" pada kebijakan perusahaan terkait perayaan "Pride Month".

Starbucks dan serikat pekerja kemudian saling menggugat pada bulan Oktober setelah serikat pekerja menggunakan nama dan logo perusahaan dalam postingan media sosial yang menyatakan “solidaritas” dengan Palestina.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper