Bisnis.com, JAKARTA - Ajudan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengonfirmasi bahwa Israel telah menerima proposal gencatan senjata untuk meredakan perang di Gaza yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, pada Minggu (2/5/2024).
Meski begitu, dia menggambarkan proposal gencatan senjata tersebut sebagai perjanjian yang cacat dan memerlukan lebih banyak perbaikan.
Kepala penasihat kebijakan luar negeri Netanyahu, Ophir Falk mengatakan bahwa proposal yang diajukan Biden tersebut adalah kerangka yang disepakati.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa itu bukan kesepakatan yang bagus, tetapi pihaknya sangat ingin para sandera dibebaskan, semuanya.
Dilansir Reuters, dia menegaskan bahwa ada banyak rincian yang harus diselesaikan, seraya menambahkan bahwa kondisi Israel, termasuk pembebasan sandera dan penghancuran Hamas sebagai organisasi teroris genosida, hingga saat ini belum berubah.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengadakan panggilan telepon terpisah mengenai proposal tersebut dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan Benny Gantz, seorang Menteri berhaluan tengah yang bergabung dengan Netanyahu dalam koalisi darurat, pada Minggu malam (2/6/2024).
Baca Juga
Blinken dalam panggilan telepon dengan Gantz, menekankan bahwa Hamas harus mengambil kesepakatan itu tanpa penundaan.
Adapun dalam pernyataan terpisah, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa dalam panggilan telepon dengan Gallant, Blinken memuji kesiapan Israel untuk mencapai kesepakatan.
"Menggarisbawahi bahwa proposal tersebut akan memajukan kepentingan keamanan jangka panjang Israel, termasuk dengan memungkinkan kemungkinan integrasi lebih lanjut ke dalam perjanjian," kata Blinken.
Biden, yang kini mengecam Israel atas tingginya angka kematian warga sipil di Gaza, kemudian dia menyiarkan hal yang dia gambarkan sebagai rencana tiga fase yang diajukan oleh pemerintah Netanyahu untuk mengakhiri perang.
"Tahap pertama mencakup gencatan senjata dan kembalinya beberapa sandera yang ditahan oleh Hamas, setelah itu kedua belah pihak akan melakukan negosiasi mengenai penghentian permusuhan tanpa batas untuk tahap kedua di mana sisa tawanan yang masih hidup akan dibebaskan," kata Biden.
Urutan tindakan tersebut nampaknya menyiratkan bahwa Hamas akan terus memainkan peran, yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar, sebuah potensi bentrokan dengan Israel untuk melanjutkan serangan guna melenyapkan kelompok Islam yang didukung Iran.