Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prabowo Kritik Media Massa yang Hanya Mementingkan Kepentingan Pemilik

Prabowo menyayangkan masih ada beberapa media yang hanya mementingkan kepentingan pemiliknya.
Presiden dan Wakil Presiden Terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto (kiri) dan Gibran Rakabuming Raka menyampaikan keterangan pers seusai Rapat Pleno Terbuka Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Pemilu Tahun 2024 di Jakarta, Rabu (24/4/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Presiden dan Wakil Presiden Terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto (kiri) dan Gibran Rakabuming Raka menyampaikan keterangan pers seusai Rapat Pleno Terbuka Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Pemilu Tahun 2024 di Jakarta, Rabu (24/4/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA-- Presiden terpilih Prabowo Subianto mengkritisi media massa yang saat ini lebih banyak memuat konten untuk kepentingan pemilik dibandingkan kepentingan publik.

Prabowo berpandangan dirinya tidak anti terhadap media massa dan menghargai kebebasan pers di Indonesia. Namun, dia menyayangkan masih ada beberapa media yang hanya mementingkan kepentingan pemiliknya.

"Pers mainstream itu bisnis dan bisnis itu kan ada pemiliknya. Jadi apakah media mainstream yang dimiliki oleh beberapa orang itu sungguh-sungguh mencerminkan kepentingan rakyat atau kepentingan para pemiliknya," tuturnya dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (23/5).

Menurut Prabowo, media massa tetap harus netral dan objektif di dalam memberikan informasi ke masyarakat. Dia menilai jika media massa tidak netral dan objektif, maka masyarakat akan beralih ke media sosial.

"Jadi publik bisa mendapatkan informasi dari sumber yang lebih luas dan tidak hanya yang dikuasai segelintir pemilik media saja," katanya.

Prabowo menilainsaat ini ada fenomena baru yang disebut revolusi informasi, di mana masyarakat bisa mendapatkan informasi tidak hanya dari media massa, tetapi juga media sosial yang lebih cepat.

"Jadi, menurut saya demokrasi akan lebih kuat, karena informasi dan oponi tidak bisa 5-6 orang menguasai opini suatu bangsa,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Thomas Mola
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper