Bisnis.com, JAKARTA – Awan gelap yang menyelimuti langit Jakarta pada Hari Raya Idulfitri 1445 H tidak menyurutkan semangat Hartoyo. Sejak siang, dia sudah memangkalkan gerobaknya, menanti pembeli di Ciganjur, Jakarta Selatan.
Belum juga matahari kembali ke peraduan, dagangan Hartoyo sudah nyaris ludes. Ratusan butir bakso yang disiapkannya kini tersisa beberapa. Orang-orang seolah bosan menyantap ketupat, opor ayam, dan rendang, sehingga bakso menjadi buruan.
Pria 32 tahun ini sebetulnya tak heran jika dagangannya laris manis saat Lebaran, sebab bukan pertama kalinya Hartoyo merayakan hari kemenangan dengan berdagang.
Tiap Idulfitri, dia mengaku mampu menjual 50 porsi bakso dengan harga Rp10.000 per mangkok. Jumlah tersebut berbanding jauh dari rata-rata penjualan ketika hari biasa.
“Sebetulnya tidak menentu, tetapi jika Lebaran omzetnya bisa mencapai Rp500.000. Itu pun jualan cuma setengah hari biasanya,” ujarnya saat ditemui Bisnis, Rabu (10/4/2024).
Alasan ekonomi inilah yang membuat Hartoyo ogah pulang kampung ke Tegal, Jawa Tengah, tempat istri dan anaknya menetap. Daripada mudik, katanya, lebih baik mencari berkah saat Lebaran. Toh, bertemu keluarga bisa dilakukan kapan pun.
Baca Juga
Lebaran memang menjadi berkah tersendiri bagi para pedagang bakso. Antusiasme umat Muslim untuk menyantap bakso saat Idulfitri tecermin dari unggahan warganet di media sosial.
Di platform X atau Twitter, bakso menjadi salah satu topik yang paling banyak dibicarakan warganet. Total ada sekitar lebih 11.000 cuitan terkait bakso hingga pukul 17.50 WIB. Cuitannya pun beragam, mulai dari resep, foto semangkuk bakso, hingga meme.
“Jam-jamnya sekeluarga pada rebahan terus salah satu orang ada yang nyeletuk: ‘bakso enak nih’ atau ngerujak asik kali ya,” cuit salah seorang pengguna platform X, @andihiyat.
Sejarah bakso bermula dari cerita pada masa Dinasti Ming. Dulu, pemuda bernama Meng Bo ingin mengolah daging empuk untuk ibunya. Terinspirasi dari kue mochi, dia menumbuk daging hingga halus dan membentuk bulatan kecil. Daging ini kemudian disajikan dengan kaldu.
Makanan ini pun semakin populer dan diperkirakan masuk Nusantara melalui para pedagang China. Terlihat dari penamaan bakso yang berasal dari bahasa Hokkien yakni bak-so yang secara harfiah memiliki arti daging digiling.
Kini, bakso semakin berkembang di seluruh Indonesia dengan penyempurnaan dari segi komposisi dan bumbu. Keberadaannya pun mudah ditemukan, entah dijajakan di gerobak-gerobak kaki lima ataupun di restoran-restoran mewah.