Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Kecam Serangan yang Bunuh 7 Relawan, Lagi-Lagi AS Setujui Kirim Bom untuk Israel

Pemerintah AS menyetujui pengiriman ribuan amunisi bom untuk Israel pada hari yang sama Israel mengebom konvoi relawan yang menewaskan 7 staf WCK.
Tentara Israel duduk di dalam kendaraan militer, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, dekat perbatasan dengan Gaza, di Israel selatan, 18 Desember 2023. REUTERS/Ronen Zvulun
Tentara Israel duduk di dalam kendaraan militer, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, dekat perbatasan dengan Gaza, di Israel selatan, 18 Desember 2023. REUTERS/Ronen Zvulun

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat (AS) pekan ini memberikan persetujuan untuk pengiriman ribuan bom ke Israel.

Melansir Reuters, Kamis (4/4/2024), seorang pejabat pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan meskipun disetujui pekan ini, bom-bom tersebut tidak akan dikirim hingga setidaknya tahun depan.

Pejabat tersebut mengatakan bahwa transfer yang disetujui termasuk 1.000 bom MK82 seberat 500 pon (500kg), lebih dari 1.000 bom berdiameter kecil, dan sekering untuk bom MK80.

AS terus memasok senjata kepada sekutunya, Israel, meskipun ada kecaman terhadap perang di Gaza.

Pada hari Senin (1/4), hari yang sama dengan persetujuan tersebut, Israel melakukan serangan ke Gaza yang menewaskan tujuh relawan World Central Kitchen (WCK). Washington telah menyatakan kecamannya atas serangan tersebut dan menyerukan agar Israel segera melakukan penyelidikan.

Presiden AS Joe Biden marah besar dan terpukul atas meninggalnya sejumlah relawan asing di World Central Kitchen (WCK), termasuk warga AS, akibat serangan bom Israel.

Dalam pernyataan pers yang dikutip Kamis (4/4/2024), Biden menjelaskan bahwa WCK merupakan relawan yang pemberani dan tidak mementingkan dirinya sendiri.

Mereka juga menyediakan makanan bagi warga sipil yang kelaparan di tengah serangan Israel ke Gaza, Palestina.

Menurutnya, kematian para relawan asing WCK merupakan sebuah tragedi kemanusiaan.

“Investigasi tersebut harus cepat dilakukan, harus ada pertanggungjawaban, dan temuannya harus dipublikasikan,” kata Biden dalam pernyataannya dikutip, Kamis (4/4/2024).

Seorang pejabat AS lainnya mengatakan bahwa serangan Israel terjadi jauh setelah AS menyetujui pengiriman amunisi tersebut.

Pejabat pertama mengatakan amunisi tersebut diambil dari otorisasi pengiriman senjata ke Israel yang telah disetujui sejak lama dan tidak akan dikirim sebelum tahun 2025.

Sebelumnya, Presiden Joe Biden juga menyetujui pembelian bom dan jet tempur bernilai miliaran dolar ke Israel.

Pejabat Pentagon dan Departemen Luar Negeri yang mengetahui masalah ini mengungkapkan, paket senjata baru tersebut mencakup lebih dari 1.800 bom MK84 dengan berat 2.000 pon dan 500 bom MK82 seberat 500 pon.

Bom seberat 2.000 pon itu dikaitkan dengan kejadian yang menyebabkan korban massal selama kampanye militer Israel di Gaza.

Perkembangan ini menggarisbawahi bahwa meskipun perselisihan telah muncul antara Amerika Serikat dan Israel mengenai perilaku perang, pemerintahan Biden memandang transfer senjata sebagai sesuatu yang terlarang ketika mempertimbangkan bagaimana mempengaruhi tindakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

“Kami terus mendukung hak Israel untuk membela diri. Bantuan pengkondisian bukanlah kebijakan kami,” kata seorang pejabat Gedung Putih, melansir Washington Post, Sabtu (30/3/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper