Bisnis.com, JAKARTA - Presiden China Xi Jinping mendesak angkatan bersenjatanya untuk segera menyesuaikan strategi militer dengan pembangunan ekonomi maritim buntut dari meningkatnya ketegangan yang kian meningkat di Laut China Selatan.
Xi Jinping menegaskan militer harus mempersiapkan diri untuk menghadapi konflik maritim, memperhatikan perlindungan hak dan kepentingan maritim, dan pengembangan ekonomi pada sektor laut.
“Harus mengoordinasikan persiapan konflik militer maritim, perlindungan hak dan kepentingan maritim, dan pengembangan ekonomi maritim,” ujar Presiden China Xi Jinping ketika pertemuan dengan anggota parlemen pertahanan saat rapat legislatif tahunan sesuai dengan laporan dari lembaga penyiaran pemerintah China Central Television dikutip dari Bloomberg, Jumat (8/3/2024).
Munculnya desakan tersebut karena kapal penjaga pantai China dan Filipina bertabrakan di Laut China Selatan, Selasa (5/3/2024), kedua negara saling klaim wilayah perairan tersebut.
Awalnya, Beijing mengklaim bahwa hampir seluruh wilayah perairan tersebut merupakan bagian negaranya, termasuk wilayah laut Filipina yang berada di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
Peneliti dari Universitas Teknologi Nanyang Singapura James Char berpendapat mengenai perkembangan ekonomi maritim Beijing merupakan pengakuan yang implisit, motif utama Beijing adalah ini melakukan monopoli cadangan energi dan sumber daya laut yang tersedia di Laut China Selatan.
Baca Juga
Menteri Luar Negeri China Wang Yi menegaskan pemerintah China akan terus bersikap menahan diri sekaligus memperingatkan kepada negara-negara lain untuk tidak ikut campur atau memihak Beijing di Laut China Selatan.
Sementara itu, Xi Jinping mendorong militer untuk melakukan pembangunan pada sektor kerdigantaraan, meningkatkan kemampuan di bidang siber, dan meningkatkan kerja sama serta penerapan rencana-rencana teknologi pintar yang besar.
Xi Jinping juga mengajak untuk terus berinovasi dan reformasi pada industri teknologi pertahanan supaya China mempunyai kekuatan tempur yang berkualitas dan modern.
Menurutnya, teknologi yang canggih, penggunaan yang efisien, dan kualitas yang tinggi menjadimotor penggerak ekonomi.
Berdasarkan laporan dari Kantor Berita resmi Xinhua, para anggota parlemen melakukan pertemuan tersebut membahas mengenai penerapan kecerdasan buatan atau dikenal dengan AI hingga pengembangan serta pemanfaatan kendaraan tempur tak berawak.
Amerika Serikat (AS) telah berkampanye untuk membatasi akses China terhadap teknologi semikonduktor kelas atas karena khawatir China akan memanfaatkan kemajuan AI untuk kepentingan militernya. Wang Yi mengkritik tindakan Washington tersebut karena ingin menekan kemajuan China. (Ahmadi Yahya)