Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Australia Waswas Stabilitas di Laut China Selatan Imbas Ketegangan China-Filipina

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyatakan keprihatinannya degnan meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan (LCS).
Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-3 Asean-Australia bersama di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan pada Kamis (7/9/2023). Media Center KTT Asean 2023
Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-3 Asean-Australia bersama di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan pada Kamis (7/9/2023). Media Center KTT Asean 2023

Bisnis.com, JAKARTA – Australia menyatakan keprihatinannya degnan meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan (LCS) yang mengganggu stabilitas di kawasan.

Pernyataan ini diungkapkan oleh Perdana Menteri Australia Anthony Albanese pada Rabu (6/3/2024), sehari setelah bentrokan antara kapal-kapal China dan Filipina di perairan tersebut.

Sebelumnya, kapal China menabrak kapal coast guard (penjaga pantai) Filipina yang sedang melakukan misi rutin untuk pasukan di Second Thomas Shoal di LCS pada Selasa (5/4/2024).

Juru bicara Penjaga Pantai Filipina (PCG) Jay Tarriela mengatakan bahwa kapal Philippine Coast Guard (PCG) mengalami kerusakan struktural ringan akibat tabrakan tersebut. Tarriella juga menuduh kapal China melakukan manuver berbahaya yang menyebabkan tabrakan terjadi.  

“Sekitar pukul 06.32, kapal CCG 21555 melakukan manuver penghadangan yang berbahaya terhadap kapal Penjaga Pantai Filipina (PCG) MRRV 4407, yang menyebabkan tabrakan kecil yang mengakibatkan kerusakan struktural dangkal pada lambung kapal PCG,” kata Tarriela melalui posting media sosial X (@jaytaryela).

Dalam hari terakhir KTT Khusus Asean-Australia di Melbourne, Albanese mengatakan bahwa perilaku tersebut berbahaya dan berisiko menimbulkan kesalahan perhitungan yang dapat menyebabkan eskalasi lebih lanjut.

"Saya sangat prihatin dan Australia prihatin dengan perilaku yang tidak aman dan mengganggu stabilitas di Laut Cina Selatan," kata Albanese seperti dikutip Reuters, Rabu (6/3).

China mengklaim hampir seluruh wilayah LCS, termasuk Second Thomas Shoal, dan telah mengerahkan kapal-kapal untuk berpatroli di sana. Filipina menyebut patroli tersebut sebagai "milisi maritim China", yang juga hadir ketika misi pengiriman pasokan sedang berlangsung.

Insiden pada Selasa tersebut merupakan perkembangan terbaru dari serangkaian insiden maritim antara Filipina dan China yang berada dalam sengketa teritorial di Laut China Selatan meskipun ada keputusan Pengadilan Arbitrase Permanen pada tahun 2016 yang menyatakan bahwa klaim China tidak memiliki dasar hukum.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper