Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Pesan Jusuf Kalla Bagi Presiden dan Wapres Baru

JK mengingatkan kepada pemerintahan selanjutnya, agar bersiap hadapi masalah ekonomi karena peninggalan fiskal pemerintahan Jokowi.
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla atau JK di kediamannya JK di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (7/2/2024).
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla atau JK di kediamannya JK di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (7/2/2024).

Bisnis.com, DEPOK - Mantan wakil presiden RI Jusuf Kalla alias JK memprediksi pemerintah yang akan datang akan alami desifit anggaran atau total pengeluaran pemerintah akan lebih banyak daripada pemasukannya.

Pernyataan itu JK sampaikan ketika menjadi pembicara di acara Election Talk #4 di Auditorium Juwono Sudarsono FISIP UI, Depok pada Kamis (7/3/2024).

Mantan ketua umum Partai Golkar itu mengungkit berbagai subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah. Belum lagi janji kampanye makan siang gratis dari pasangan calon nomor urut 2 Prabowo-Gibran yang merupakan pemenang Pilpres 2024 versi quick count banyak lembaga.

"Subsidi BBM, subsidi listrik, belum lagi bansos yang Rp500 triliun, belum lagi makan siang Rp400 triliun, belum lagi untuk pendidikan 20%. Kalau ditotal ini bisa Rp4.000 triliun. Pendapatan negara cuma 2.800 triliun. Kita defisit Rp2.000 triliun," kata JK.

Dia turut mengkritik kebijakan anggaran pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dinilai telah habiskan dana untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. JK pun mengingatkan agar siapapun pemerintahan selanjutnya harus bersiap hadapi masalah ekonomi karena peninggalan fiskal pemerintahan Jokowi.

"Siapa pun pemerintah ini, tidak mudah memerintah Indonesia pada pemerintah yang akan datang. Kenapa? Karena pemerintahan sekarang telah menghabiskan segala sumber dana untuk sesuatu, untuk hal-hal yang kadang-kadang tidak efesien, tidak prinsipil," ujarnya.

Dia tidak merincikan apa kebijakan yang tidak prinsipil itu. Meski demikian, JK mengungkit soal utang negara yang semakin menumpuk.

"Kita menghadapi tantangan, kita banyak utang lebih Rp8.000 triliun, utang BUMN kurang lebih Rp3-4.000 triliun. Jadi Rp11-12.000 triliun. Bunyanya saja, cicilannya kira-kira Rp6.000 triliun," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper