Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Komitmen yang 'Ditagih' Jokowi ke Negara Maju di COP28

Jokowi menghadiri Konferensi Perubahan Iklim PBB 2023 atau COP28 di Dubai UEA. Dia berharap ada aksi global yang nyata untuk membatasi kenaikan suhu di dunia.
Logo Cop28 UEA ditampilkan di layar saat upacara pembukaan Pekan Keberlanjutan Abu Dhabi (ADSW) bertema Bersatu dalam Aksi Iklim Menuju COP28, di Abu Dhabi, UEA, 16 Januari 2023. REUTERS/Rula Rouhana
Logo Cop28 UEA ditampilkan di layar saat upacara pembukaan Pekan Keberlanjutan Abu Dhabi (ADSW) bertema Bersatu dalam Aksi Iklim Menuju COP28, di Abu Dhabi, UEA, 16 Januari 2023. REUTERS/Rula Rouhana

Bisnis.com, JAKARTA — Sejak kemarin, Kamis (30/11/2023), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggelar Konferensi Perubahan Iklim PBB 2023 atau Konferensi Para Pihak UNFCCC, yang lebih sering disebut sebagai COP28, di Expo City, Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Ini adalah konferensi Perubahan Iklim PBB ke-28 yang diselenggarakan mulai 30 November hingga 12 Desember 2023.

Salah satu agenda penting pada konferensi itu adalah Forum Iklim Bisnis dan Filantropi COP28. Forum ini, yang berlangsung pada tanggal 1-2 Desember 2023 bersamaan dengan KTT Aksi Iklim Dunia, akan mempertemukan lebih dari 1.000 kepala negara, pemerintahan, CEO bisnis, filantropis, dan kepala lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berupaya mempercepat dan menunjukkan kemajuan dalam target iklim dan transisi industri melalui dinamika yang dinamis sebagai kolaborasi publik, swasta, filantropi.

Tak ketinggalan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun ambil bagian pada konferensi ini. Dia bersama rombongan terbatas bertolak menuju Dubai pada Kamis (30/11/2023), melalui Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Di Dubai, Jokowi antara lain akan menghadiri World Climate Action Summit (WCAS) COP28.

"Harapan dunia terhadap COP28 ini sangat besar agar ada aksi global yang nyata untuk pembatasan kenaikan suhu di dunia," ujar Jokowi.

Presiden juga menegaskan bahwa komitmen nyata harus diperkuat, khususnya komitmen negara-negara maju untuk pendanaan iklim, utamanya dalam rangka mencapai target net zero emission.

"Dalam KTT COP28 ini, saya akan menyampaikan pengalaman Indonesia dan mempertegas pentingnya kolaborasi global untuk pendanaan iklim, serta pentingnya transisi yang inklusif untuk menjamin keberlanjutan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di negara-negara berkembang," jelasnya.

Selain menghadiri KTT COP28, Presiden Jokowi juga diagendakan untuk mengadiri Leaders' Event: Transforming Food Systems in the Face of Climate Change.

Dihadiri Presiden Israel

Presiden Israel Isaac Herzog turut menghadiri COP28. Dia menggunakan forum itu untuk membahas situasi perang antara Hamas dengan Israel.

Pada Kamis (30/11/2023), dia meminta Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan untuk menggunakan “kekuatan politiknya” membantu membebaskan semua sandera Israel yang ditahan oleh kelompok militan Palestina Hamas di Gaza.

Herzog mengajukan permintaan tersebut saat bertemu dengan Sheikh Mohamed di Dubai, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor media kepresidenan Israel.

“Presiden mengimbau temannya Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan untuk menggunakan seluruh kekuatan politiknya untuk mendorong dan mempercepat kepulangan para sandera,” katanya, melansir Reuters.

Herzog, yang perannya sebagian besar bersifat seremonial dan tidak memiliki kekuasaan eksekutif, berada di negara Teluk tersebut untuk menghadiri pertemuan puncak iklim PBB, yang dikenal sebagai COP28, yang berlangsung dari 30 November hingga 12 Desember.

Ini adalah perjalanan luar negeri pertamanya sejak serangan lintas batas pada 7 Oktober oleh kelompok bersenjata Hamas yang menurut Israel menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan orang asing menyandera sekitar 240 orang di Gaza.

UEA adalah kekuatan regional meskipun negara Teluk lainnya, Qatar, dan Mesir, telah menjadi penengah antara Israel dan Hamas untuk pembebasan sandera, yang sejauh ini telah membebaskan 99 warga Israel dan orang asing.

Raja Charles

Raja Charles dari Inggris pun hadir di COP28. Dia tiba di UEA pada Kamis (30/11/2023), dan diagendakan mengadvokasi tindakan global yang lebih besar dan akuntabilitas terhadap perubahan iklim pada KTT COP28.

Raja Charles dijadwalkan memberikan pidato pada hari Jumat (1/12/2023) di perundingan iklim PBB yang dijadwalkan berlangsung di Dubai hingga 12 Desember.

Ini akan menjadi pidato besar pertamanya mengenai perubahan iklim sejak ia menjadi raja pada September 2022. Para pemimpin dunia lainnya termasuk Perdana Menteri India Narendra Modi dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak juga diperkirakan akan menghadiri pembicaraan tersebut. Sementara, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping tidak.

Rekor Suhu Tertinggi

Setelah satu tahun mengalami rekor suhu tertinggi, KTT tahun ini mendapat tekanan untuk mempercepat tindakan membatasi perubahan iklim. Namun, banyak negara yang berbeda pendapat mengenai masa depan bahan bakar fosil – yang pembakarannya merupakan penyebab utama perubahan iklim.

Negara tuan rumah, UEA, adalah produsen minyak utama dan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan berupaya untuk memasukkan industri bahan bakar fosil dalam perdebatan iklim.

Dalam pidatonya pada resepsi di lokasi COP28, yang dihadiri oleh Raja Charles, Kamis (30/11/2023), Ketua Iklim PBB Simon Stiell mengatakan dunia tidak bergerak cukup cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan mendesak mereka yang berkumpul di Dubai untuk mencapai konsensus.

"Dunia sedang berada di persimpangan jalan. Rekor suhu panas semakin menurun di seluruh dunia. Tingkat keparahan dampak iklim semakin buruk dan menimbulkan kerugian besar bagi kehidupan dan penghidupan manusia," katanya.

Presiden COP28, Dr. Sultan Al Jaber mengatakan: “Kami berkomitmen untuk menjadi tuan rumah COP yang sepenuhnya inklusif, dan hal ini tidak mungkin terlaksana tanpa masukan penting dari dunia usaha dan bisnis. Forum Iklim Bisnis dan Filantropi di COP28, merupakan bagian penting, dan akan membantu memberikan hasil nyata dari sektor swasta dan filantropi. Saatnya sekarang bagi dunia usaha dan filantropis untuk mengambil peran utama dalam membantu dunia mencapai jalur net zero.”

Ada empat pilar utama Agenda Aksi COP28 yaitu: Transisi Energi, Pendanaan Iklim, Manusia dan Alam, Inklusi.

Agenda utama ini memaparkan inisiatif-inisiatif yang berupaya memanfaatkan kekuatan para pengambil keputusan global di sektor publik, swasta, dan filantropis untuk segera mengatasi krisis iklim, mencapai emisi net-zero, membalikkan kerusakan alam, dan memulihkan keanekaragaman hayati.

Contoh inisiatif yang akan diterapkan di Forum ini meliputi:

1.Climate Investment Platform merupakan dana teknologi iklim untuk meningkatkan teknologi iklim yang telah terbukti di negara-negara Selatan dengan fokus pada pengurangan emisi.

2. Pendanaan Climate and Nature Moonshots untuk proyek inovasi yang berfokus pada Restorasi Karang dan Transisi Energi.

3. Koalisi Penggerak Pertama (First Movers Coalition) merupakan koalisi yang berkomitmen untuk membeli produk/jasa berbasis teknologi ramah lingkungan untuk mendukung dekarbonisasi sektor industri dengan emisi tinggi.

4. The Indigenous People’s Outcome merupakan dana yang menyediakan pembiayaan langsung bagi Masyarakat Adat dan organisasi-organisasinya, untuk membantu mereka melindungi dan memulihkan alam dan keanekaragaman hayati.

Perwakilan Khusus COP28 untuk Bisnis dan Filantropi, Badr Jafar menyatakan bahwa pihaknya mulai menciptakan kemajuan nyata dan bermakna menuju transisi ramah lingkungan dengan menempatkan sektor swasta sebagai inti pembicaraan.

Dikatakan, agenda berorientasi pada tindakan ditujukan kepada para pengambil keputusan terkemuka di dunia bertujuan untuk mempercepat, mereplikasi, dan memperluas kemitraan publik-bisnis-filantropis, sembari mengubah dialog dari miliaran menjadi triliunan yang dibutuhkan.

Adapun, Jennifer Jordan-Saifi, CEO dari Sustainable Markets Initiative, berkomentar “Masa depan yang berkelanjutan adalah kisah pertumbuhan di zaman kita. Untuk mencapai hal tersebut, kita perlu mendefinisikan dan menyelaraskan peta jalan negara, industri, dan keuangan. Kita juga perlu mengakui dan merayakan langkah-langkah yang diambil oleh para pemimpin, perusahaan, dan investor ke arah yang benar.”

Forum Filantropi Bisnis dan Iklim COP28 adalah kesempatan unik bagi para pengambil keputusan terkemuka di dunia untuk bekerja sama dengan rekan-rekan mereka guna meningkatkan ambisi, menilai kemajuan, dan mempertahankan cerminan akuntabilitas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper