Bisnis.com, JAKARTA - Pemimpin oposisi Malaysia Muhyiddin Yassin mengatakan dia tidak akan mempertahankan kursi kepresidenannya di Partai Bersatu Malaysia.
Dia mengungkap hal tersebut sekitar setahun setelah koalisinya yang pro-Melayu memperoleh kemenangan mengejutkan pada pemilihan umum (pemilu).
“Saya tidak akan mempertahankan jabatan presiden dalam pemilihan partai yang akan diselenggarakan pada akhir tahun depan,” katanya dalam rapat umum tahunan Partai Bersatu, dilansir Reuters, pada Jumat (24/11/2023).
Muhyiddin memimpin blok oposisi mayoritas Melayu, Perikatan Nasional, yang meraih kemajuan signifikan dalam pemilu provinsi pada Agustus dan pemilu pasional pada tahun lalu.
Pengumuman ini muncul setahun setelah kesalahan besar yang dilakukan Muhyiddin saat membantu saingannya Anwar Ibrahim menjadi Perdana Menteri Malaysia.
Lebih lanjut, Muhyiddin mengatakan keputusannya tersebut sebagai cara untuk memberi ruang bagi sejumlah pemimpin baru guna mengambil alih partai.
Baca Juga
Sebanyak 4 anggota parlemen dari Partai Bersatu telah mengalihkan dukungannya kepada Anwar Ibrahim, dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini menjadikan perdana menteri tersebut mayoritas di parlemen.
Seperti diketahui, Muhyiddin merupakan politisi yang sebelumnya sempat terjerat kasus, dan dibebaskan dari empat tuduhan suap oleh Pengadilan Tinggi Malaysia pada Agustus lalu.
Majelis hakim pengadilan mendapati empat tuduhan tersebut kabur dan tidak berdasar karena tidak menyatakan secara rinci pelanggaran yang dilakukan Muhyiddin.
Muhyiddin yang menjabat sebagai perdana menteri sekaligus Presiden Partai Bersatu saat itu, antara Maret 2020 hingga Agustus 2021, dituduh menggunakan kedudukannya untuk menerima suap dari Bukhary Equity Sdn Bhd, Nepturis Sdn Bhd, Mamfor Sdn Bhd dan Azman Yusoff yang merupakan presiden dari sebuah organisasi kontraktor di Malaysia.