Bisnis.com, JAKARTA - Pasukan Israel menemukan pusat komando operasional dan aset milik militan Hamas Palestina di rumah sakit (RS) Al Shifa, terbesar di Gaza pada Rabu (15/11/2023), saat kekhawatiran global muncul atas nasib warga sipil di dalam rumah sakit itu.
Rumah sakit Al Shifa di Kota Gaza telah menjadi sasaran utama serangan pasukan Israel dan menyebut RS Al Shifa sebagai “jantung” operasi pejuang Hamas, karena markas kelompok militant itu berada di terowongan di bawah rumah sakit. Namun, hal ini dibantah oleh Hamas.
Melansir CNA, Kamis (16/11/2023), Juru Bicara Militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan tentara, yang memasuki rumah sakit pada Rabu 5/11/2023) pagi, setelah mengepungnya selama berhari-hari, menemukan senjata, peralatan tempur dan peralatan teknologi di sana.
Militer Israel juga merilis sebuah video yang menurut mereka menunjukkan beberapa bahan yang ditemukan dari sebuah bangunan yang dirahasiakan di kompleks rumah sakit, termasuk senjata otomatis, granat, amunisi dan jaket antipeluru.
Israel secara konsisten menyatakan bahwa rumah sakit tersebut terletak di atas markas Hamas, sebuah pernyataan yang menurut Amerika Serikat (AS) pada Selasa (14/11/2023) didukung oleh intelijen mereka sendiri.
Merespons masuknya pasukannya ke rumah sakit, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Tidak ada tempat di Gaza yang tidak dapat kami jangkau. Tidak ada tempat persembunyian. Tidak ada tempat berlindung bagi para pembunuh Hamas.
Kami akan mencapai dan melenyapkan Hamas dan kami akan mengembalikan sandera kami. Ini adalah dua misi suci, katanya.
Bunuh Militan Hamas
Israel mengatakan pasukannya memasuki kompleks rumah sakit pada hari Rabu (15/11/2023), setelah membunuh militan dalam bentrokan di luar. Setibanya di dalam, mereka mengatakan tidak ada pertempuran dan tidak ada perselisihan dengan warga sipil, pasien, atau staf.
Para saksi mata yang berbicara kepada Reuters dari dalam kompleks menggambarkan situasi yang tampaknya tenang, namun tegang, ketika pasukan Israel bergerak di antara gedung-gedung untuk melakukan penggeledahan. Penembakan sporadis terdengar, namun tidak ada laporan mengenai siapa pun yang terluka di dalam lapangan.
Militer Israel merilis foto seorang tentara berdiri di samping kotak kardus bertanda "perbekalan medis" dan "makanan bayi", di lokasi yang diverifikasi Reuters berada di dalam Al Shifa. Foto lain menunjukkan pasukan Israel dalam formasi taktis berjalan melewati tenda dan kasur darurat.
Nasib Ratusan Pasien
Perhatian internasional terfokus pada nasib ratusan pasien yang terjebak di dalam tanpa aliran listrik untuk mengoperasikan peralatan medis dasar dan ribuan warga sipil yang mengungsi yang mencari perlindungan. Para pejabat Gaza mengatakan bahwa banyak pasien termasuk tiga bayi baru lahir meninggal dalam beberapa hari terakhir akibat pengepungan rumah sakit oleh Israel.
“Sebelum memasuki rumah sakit, pasukan kami dihadang oleh alat peledak dan pasukan teroris, pertempuran pun terjadi yang menewaskan teroris,” kata militer Israel.
Kami dapat memastikan bahwa inkubator, makanan bayi, dan pasokan medis yang dibawa oleh tank IDF dari Israel telah berhasil mencapai rumah sakit Shifa. Tim medis kami dan tentara berbahasa Arab berada di lapangan untuk memastikan bahwa pasokan tersebut sampai ke mereka yang membutuhkan, ujarnya.
Israel melancarkan kampanyenya untuk memusnahkan Hamas, kelompok militan yang menguasai Gaza, setelah militan mengamuk di Israel selatan pada 7 Oktober. Israel mengatakan 1.200 orang tewas dan sekitar 240 tawanan di hari paling mematikan dalam 75 tahun sejarah Hamas.
Sejak itu, Israel telah mengepung seluruh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa, dan menyerang jalur padat tersebut dengan serangan udara. Pejabat kesehatan Gaza, yang dianggap dapat dipercaya oleh PBB, mengatakan sekitar 11.500 warga Palestina kini dipastikan tewas, sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak, dan lebih banyak lagi yang terkubur di bawah reruntuhan.
Israel telah memerintahkan seluruh bagian utara Gaza untuk dievakuasi, dan sekitar dua pertiga penduduknya kini kehilangan tempat tinggal.