Bisnis.com, JAKARTA – Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan kekecewaan partainya terhadap keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dianggap berseberangan.
Hasto bahkan tidak kuat menahan tangis saat bercerita. Ia berbicara dengan terbata-bata dan tak dapat membendung air matanya. Hasto mengatakan bahwa seluruh kader PDIP sudah biasa mengalami rasa sakit.
”Ini bagian dari gemblengan sejarah, bahwa sakit ya kami gak bisa membantah, kami sangat sedih itu,” ungkap hasto dalam podcast di kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored, dikutip Sabtu (11/11/2023).
Ia menceritakan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sudah mengawal jokowi sejak masih menjadi Wali Kota Solo. Hasto juga mengaku sering mendapat pertanyaan para kader.
Hasto mengatakan dirinya hanya bisa bisa memberikan penjelasan bahwa manusia bisa berubah dan sisi-sisi gelap manusia bisa berkuasa.
”Tapi yang paling penting bagi PDIP bukan meratapi itu. Yang penting adalah seluruh cita-cita bangsa ini yang dibangun dengan tumpahan darah dan air mata, yang dibangun dengan peristiwa-peristiwa heroik, tidak boleh keuasaan diselewengkan hanya karena suatu ambisi,” tegasnya.
Baca Juga
Hasto juga mengatakan seorang pemimpin punya tugas mempersiapkan siapa yang jadi calon penggantinya.
Dirinya memberikan contoh ketika Mensos RI Tri Rismaharini mencari penggantinya saat meninggalkan jabatan Wali Kota Surabaya, Risma tidak berpikir bahwa penggantinya seorang yang harus bisa dia kontrol.
Hasto mengatakan, meskipun masa jabatan presiden dibatasi oleh konstitusi hanya dua periode, namun PDIP ada sepanjang bangsa Indonesia ada. Oleh karena itu, PDIP punya tanggung jawab kepada rakyat.
”Apa pun yang kami hadapi ketika masih ada rakyat yang memerlukan harapan hidup yang lebih baik, pekerjaan yang layak secara kemanusiaan, pendidikan agar kita bisa mengejar ketertinggalan dengan negara tetangga,” ungkapnya.
Hasto mengakui kondisi naik turun terkait sikap presiden sudah dialami sejak April 2023. namun akhirnya PDIP bisa menghadapi semua itu.
”Tapi pada akhirnya kami mengkristal suatu semangat baru, suatu tekad baru. Sehingga baju saya hitam ini tidak lagi sebagai simbol kesedihan, sebagai simbol struggle, bersama dengan rakyat,” pungkasnya.