Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Sebut Ada 7 Provinsi di Indonesia Alami Kekeringan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut bahwa akibat perubahan iklim yang ekstrem, sebanyak 7 Provinsi di Tanah Air mengalami kekeringan.
Presiden Jokowi dalam pertemuan dengan para penjabat kepala daerah se-Indonesia, Senin (30/10/2023), di Jakarta - Humas Setkab/Oji.
Presiden Jokowi dalam pertemuan dengan para penjabat kepala daerah se-Indonesia, Senin (30/10/2023), di Jakarta - Humas Setkab/Oji.

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut bahwa 7 provinsi mengalami kekeringan akibat perubahan iklim yang ekstrem.

Hal ini disampaikannya dalam sambutannya saat meresmikan pembukaan Rapat Kerja Nasional Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Tahun 2023 dan peresmian Gedung Serbaguna Minhaajurrosyidiin di Grand Ballroom Gedung Serbaguna Minhaajurrosyidiin, Jakarta, Selasa (7/11/2023).

Jokowi menjelaskan bahwa perubahan iklim yang sulit dikalkulasi turut memberikan dampak kekeringan dan penurunan produksi beras yang terjadi hampir di semua Negara, termasuk di Indonesia.

“Panas bumi yang naik, gelombang panas membuat ada 7 provinsi kemarin kekeringan sehingga produksi beras kita menurun,” ucapnya dalam forum tersebut.

Kepala Negara mengatakan apabila sebelum menghadapi tantangan iklim setiap Negara bersedia untuk mencadangkan berasnya ke Indonesia. Namun, saat ini setiap Negara saling menahan untuk melakukan eksport beras.

Menurutnya, setiap Negara mengerem untuk tidak ekspor beras demi menyelamatkan rakyatnya masing-masing. Adapun, kata Jokowi, sebanyak 22 Negara telah menempuh aksi tersebut.

Tak hanya beras, dia melanjutkan perubahan iklim yang diperparah dengan perang yang sedang terjadi saat ini, mulai dari Palestina-Israel hingga perang di Ukraina-Rusia yang belum kunjung rampung.

Dampaknya, Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia yang melakukan import gandum sebanyak 11 juta ton per tahun akhirnya turut terganggu, sebab 30% pasokan gandum yang dilakukan pemerintah berasal dari Ukraina dan Rusia.

Dia melanjutkan bahwa pasokan gandum yang tertahan dari kedua Negara tersebut mencapai 207 juta ton, dengan rincian sebanyak 77 juta ton dari Ukraina dan 130 juta ton dari Rusia harus tertahan lantaran kapal yang tak dapat mengirimkan gandum ke setiap Negara.

“Kapalnya tidak berani mengirim barang karena ada perang semuanya stop. Bukan hanya di situ saja, yang kedua ternyata bahan baku pupuk kita itu berasal dari Rusia, Ukraina dan Nelarusia. Sehingga apa? Harga gandum juga naik. Sekali lagi impor kita sudah besar, gandum. 11 juta ton,” pungkas Jokowi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Akbar Evandio
Editor : Edi Suwiknyo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper