Bisnis.com, JAKARTA - Jalur Gaza kian tak aman, serangan balasan dari pasukan Israel terus dikerahkan ke wilayah tersebut.
Tentara Israel berulang kali meminta penduduk Kota Gaza dan Jalur Gaza utara untuk mengevakuasi rumah mereka meskipun ada kritik internasional.
Diketahui militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza.
Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang mengalami blokade sejak tahun 2007.
Banyak negara dan organisasi hak asasi manusia Palestina, Israel dan internasional mengkritik seruan evakuasi Israel.
Lebih dari 1 juta orang tinggal di Kota Gaza dan Jalur Gaza bagian utara.
Baca Juga
Sekitar 2,2 juta warga Palestina tinggal di Gaza, dalam kondisi kehidupan yang ekstrem akibat pengepungan Israel sejak Hamas memenangkan pemilihan legislatif Palestina pada tahun 2006.
“Kami secara ajaib selamat dari pemboman Israel yang menargetkan konvoi pengungsi dari Kota Gaza menuju pusat jalur tersebut,” Sameh Ahed, seorang warga Palestina berusia 44 tahun, dikutip Anadolu.
“Dalam perjalanan, tentara menargetkan konvoi tersebut, membunuh dan melukai puluhan orang,” tambahnya, menekankan tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza.
Hind Al-Dali, 34, warga Kota Gaza, menceritakan perpindahannya bersama keluarganya menuju pusat Jalur Gaza.
“Saya terus-menerus berada dalam ketakutan,” katanya kepada Anadolu. “Ada pengeboman di mana-mana.”
Mahmoud Mustafa, seorang bocah lelaki Palestina berusia 12 tahun, juga menceritakan kepada Anadolu tentang kegelisahan dan ketakutannya yang terus-menerus di tengah agresi Israel.
“Saya melihat pemboman Israel terhadap rumah-rumah dan lingkungan sekitar selama saya mengungsi,” katanya.
“Saat kami melewati jalan-jalan di jalur tersebut, banyak tempat yang tidak bernyawa,” tambahnya.
Mustafa tinggal bersama keluarganya, pengungsi dari Kota Gaza, di kamp pengungsi Bureij di Jalur Gaza tengah.
Pengungsian ribuan warga Palestina dari utara Jalur Gaza menuju pusatnya telah memperburuk krisis kemanusiaan dan menyebabkan kekurangan pasokan air dan makanan, lapor koresponden Anadolu.
“Saya berjalan bersama anak-anak saya di Jalan Gelap Pengasingan pagi ini,” tulis blogger Palestina Samaher Al-Khazandar di halaman Facebook-nya.