Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kritikus Sebut Putin Tunggu Negara Barat Berhenti Dukung Ukraina

Vladimir Putin disebut hanya menunggu negara-negara Barat berhenti mendukung Ukraina, sehingga bantuan keuangan dan militer yang diterima akan berkurang.
Presiden Rusia Vladimir Putin, Sabtu (24/6/2023), menegaskan bahwa pemberontakan bersenjata oleh tentara bayaran Grup Wagner adalah pengkhianatan dan ahrus dihukum./Reuters
Presiden Rusia Vladimir Putin, Sabtu (24/6/2023), menegaskan bahwa pemberontakan bersenjata oleh tentara bayaran Grup Wagner adalah pengkhianatan dan ahrus dihukum./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin disebut hanya menunggu negara-negara Barat berhenti mendukung Ukraina, sehingga bantuan keuangan dan militer yang diterima akan berkurang, kata seorang kritikus terkemuka yang pernah mengelola dana investasi asing terbesar di Rusia.

“[Presiden Rusia Vladimir Putin] kalah perang karena Ukraina mendapatkan peralatan bantuan dari Amerika Serikat dan Uni Eropa. Tetapi dia terus mengerahkan lebih banyak orang ke medan perang untuk mati,” kata pemodal dan aktivis asal Inggris, Bill Browder, dikutip dari CNA pada Kamis (5/10/2023).

Dia menuduh bahwa Putin tidak harus memenangkan perang, melainkan hanya harus bertahan lebih lama dari kesabaran negara-negara Barat.

Selain itu, sanksi asing telah membekukan dana sekitar US$300 miliar cadangan bank sentral Rusia, melumpuhkan perekonomian dan militer Rusia.

Browder yang kini menjadi Kepala Eksekutif Perusahaan Investasi Hermitage Capital Management yakin bahwa Putin bertaruh agar mantan Presiden AS dan Partai Republik Donald Trump memenangkan pemilihan presiden (Pilpres) AS 2024, yang kemungkinan akan menyebabkan berkurangnya dukungan terhadap Ukraina.

“Jadi Putin menunggu, berharap dukungan finansial [dan] militer untuk Ukraina runtuh dengan pemilihan presiden pada November 2024,” katanya kepada Asia Now pada Selasa (3/10/2023).

Browder adalah investor asing terbesar di Rusia hingga tahun 2005. Dia kemudian ditolak masuk ke Rusia dan dinyatakan sebagai ancaman keamanan nasional karena mengungkap korupsi di perusahaan-perusahaan milik negara Rusia.

Pada tahun 2008, pengacaranya Sergei Magnitsky mengungkap penipuan pajak besar-besaran senilai US$230 juta yang dilakukan oleh pejabat pemerintah Rusia dan memberikan kesaksian yang memberatkan mereka. Magnitsky kemudian dipenjara tanpa diadili, disiksa, dan meninggal di penjara pada tahun 2009.

Sejak itu, Browder, yang menghadapi ancaman pembunuhan karena menjadi pengkritik utama Putin, telah memperjuangkan larangan visa dan pembekuan aset bagi pelanggar hak asasi manusia dan pejabat korup.

“Saya sudah melakukan ini selama hampir 14 tahun dan saya telah bertahan selama 14 tahun, jadi saya berniat untuk bertahan selama bertahun-tahun lagi. Hal ini memerlukan perubahan besar dalam perilaku, protokol baru, dan segala macam pengaturan keamanan,” kata Browder, yang telah menulis dua buku tentang korupsi di Rusia.

Pengaruh Buruk

Dia menyatakan tidak akan mundur dan akan terus memperjuangkan keadilan bagi para “korban penindasan Putin” selama dia bisa.

Timnya telah menelusuri uang dari penipuan pajak Rusia dan menemukan bahwa uang tersebut telah menyebar ke 26 negara, termasuk Amerika, Prancis, dan Italia.

Meskipun uang tersebut digunakan untuk membeli barang-barang mewah, real estate, dan jet pribadi dalam jumlah besar, sebagian dari dana tersebut digunakan untuk membeli senjata kimia.

“Jadi, Anda memiliki antara ancaman dan kesenangan. Para oligarki suka menggunakan uangnya untuk hal-hal yang menyenangkan. Dan Putin, tentu saja, suka menggunakan uang tersebut untuk menyebarkan pengaruh buruknya di seluruh dunia,” kata Browder.

Dia mengatakan Rusia kini bergerak menuju “ekonomi masa perang”, yang sumber dana dihabiskan untuk membangun tank dan peralatan militer lainnya guna mendukung perang melawan Ukraina.

“Semuanya pada dasarnya mengarah ke perang ini sekarang, dan ini benar-benar sebuah tragedi bagi rakyat Rusia. Seharusnya tidak ada perang, dan mereka menderita. Rakyat Ukraina sangat menderita. Dan ini semua tergantung pada tindakan dan pemikiran satu orang: Vladimir Putin,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper