Bisnis.com, JAKARTA - Serangan rudal Rusia pada Selasa (15/8/2023) menghantam dua wilayah Ukraina bagian Barat, menewaskan tiga orang dan melukai belasan orang lainnya.
Dilansir dari Reuters pada Selasa (15/8/2023), media lokal mengatakan bahwa serangan itu merupakan yang terbesar di wilayah Lviv sejak Rusia memulai invasi pada Februari 2022.
Gubernur Volyn, Yuriy Pohulyaiko, mengungkapkan bahwa bahwa korban jiwa gugur di bagian Barat laut wilayahnya, ditambah beberapa korban luka yang dirawat di rumah sakit. Selain itu, dilaporkan pula bahwa sebuah perusahaan industri di Ibu Kota regional Lutsk turut diserang pada malam hari.
Sementara itu, Maksym Kozytskyi selaku Gubernur Lviv turut memaparkan bahwa sekitar lima belas orang juga terluka di wilayahnya. Enam rudal merusak puluhan bangunan dan taman bermain taman kanak-kanak, baik di dalam maupun di sekitar ibu kota daerah tersebut.
Volyn dan Lviv berbatasan langsung dengan Polandia, dan berada ratusan mil dari garis depan tempat militer Ukraina berjibaku dengan Rusia dalam perang selama nyaris 18 bulan.
Kota Lviv terhindar dari sebagian besar serangan udara Rusia hingga Juli lalu, ketika tujuh orang tewas akibat rudal yang menghantam sebuah bangunan tempat tinggal di dekat pusat bersejarah.
Baca Juga
Sebelumnya, kota ini banyak dianggap sebagai tempat yang aman dari konflik, dengan keberadaan beberapa kantor pemerintahan dan non-governmental organization (NGO) internasional. Lviv juga menjadi titik transit bagi warga Ukraina yang melarikan diri ke Polandia dan sekitarnya.
Terpisah, dua orang juga dikabarkan terluka di Dnipro, Ukraina bagian tengah, sebagaimana Gubernur Serhiy Lysak mengatakan serangan terjadi di area perusahaan bisnis dan kompleks olahraga.
Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal mengatakan bahwa infrastruktur sipil seperti sekolah dan rumah sakit telah rusak di delapan wilayah akibat serangan Rusia pada hari yang sama, menggunakan sedikitnya 28 rudal penjelajah.
Enam belas rudal berhasil ditembak jatuh dan belum ada korban lain yang dilaporkan.
"Teror harian Rusia memiliki satu tujuan: menghancurkan kami, semangat kami untuk berperang," tulis Andriy Yermak, kepala administrasi kepresidenan Ukraina, di Telegram. "Ini tidak akan terjadi."