Bisnis.com, JAKARTA -- Kebakaran hutan di Hawaii, Amerika Serikat, masih terus menelan korban jiwa. Pemerintah setempat mengumumkan pada Jumat (11/8/2023) bahwa kebakaran yang menyebar cepat ini telah menewaskan 67 orang.
Selain menelan korban jiwa, kebakaran ini juga menghaancurkan kota resor bersejarah, dengan nyaris tanpa peringatan bagi penduduknya.
Gubernur Hawaii Hosh Gen mengungkapkan angka kematian dikhawatirkan akan terus meningkat.
"Sudah pasti akan lebih banya korban fatal. Kami tidak tahu pasti berapa lagi yang aakan jadi korban," ungkapnya, melansir CNN, Sabtu (12/8/2023).
Tiga hari setelah kebakaran itu terjadi, masih banyak warga yang sepertinya tidak mendapatkan peringatan sebelum rumah mereka dilahap api.
Hawaii sendiri memiliki sirine darurat untuk peringatan bencana alam dan ancaman lainnya, namun sepertinya tidak terdengar atau kurang efektif selama terjadi kebakaran.
Baca Juga
Adapun, Pemerintah setempat juga belum memberikan perincian terkait pemberitahuan apa saja yang sudah mereka kirimkan, apakah itu pesan singkat, e-mail, atau panggilan telepon.
Kepala Pemadam Kebakaran Maui, Bradford Ventura mengatakan bahwa dengan kecepatan penyebaran api membuat para petugas garda depan kesulitan berkomunikasi dengan pihak manajemen kedaruratan yang biasanya akan memberikan perintah evakuasi secara langsung. Dia juga menegaskan bahwa sinyal juga terputus.
"Para warga pada dasarnya harus mengevakuasi diri sendiri dengan sedikitnya pemberitahuan dan peringatan," katanya.
Sebagai informasi, kebakaran hutan di Hawaii terjadi mulai Selasa malam waku setempat di Kota Kula, 56 km dari Lahaina. Sekitar lima jam dari awal kejadian, listrik mulai padam.
Dalam sebuah postingan di Facebook juga menyebutkan bahwa kebakaran di Kula telah menghanguskna ratusan hektar padang rumput. Sementara itu, kebakaran seluas 1,2 hektar yang muncul di Lahaina sudah diatasi.
Hingga siang hari, situasi tersebut justru berubah menjadi semakin mengerikan. Sekitar pukul 15.30 waktu setempaat, kebakaran di Lahaina semakin besar. Penduduk setempat kemudian mulai mengevakuasi warga, termasuk tamu hotel, dan warga di sisi Barat kota diminta untuk berlindung.
Kemudian, beberapa jam berikutnya pemerintah Lahaina menegeluarkna perintah evakuasi di Facebook dan mengumumkan bahwa api telah memnyebar ke seluruh kota.
Sejumlah saksi mengatakan bahwa mereka hanya mendapat sedikit pemberitahuan sebelumnya. Mereka juga menggambarkan teror ketika kobaran api mulai menghabiskan Lahaina dalam hitungan menit. Beberapa orang bahkaan terpaksa terjun ke Samudera Pasifik untuk menyelamatkan diri.
Andrew Rumbach, Spesialis iklim dan komunitas di Institut Perkotaan, Washington, mengatakan evakuasi Lahaina semakin sulit karena lokasinya di pantai yang bersebelahana dengan perbukitan, yang artinya hanya ada dua jalan keluar.
"Api bergerak cepat di pemukiman padat penduduk ditambah masalah kesulitan komunikasi, dan tak ada banyak pilihan untuk melakukan evakuasi. Kejadian ini adalah mimpi buruk," ujar Rumbach.