Bisnis.com, JAKARTA - Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Sigit Widodo tak habis pikir dengan langkah sejumlah kader partai yang menyatakan mundur karena kunjungan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto ke markas PSI pekan lalu.
Sigit menegaskan, PSI belum menentukan pilihan final calon presiden (capres) yang akan diusung pada Pilpres 2024. Kunjungan Prabowo, lanjutnya, hanya sekadar silaturahmi.
"Kalau alasannya pertemuan dengan Pak Prabowo, menurut saya tidak ada alasan untuk mundur karena pertemuan 2 Agustus kemarin hanya silaturahmi politik biasa antar parpol pendukung Pak Jokowi dan tidak bicara pencapresan," ujar Sigit saat dikonfirmasi, Senin (7/8/2023).
Dia menjelaskan, PSI masih akan menjalankam mekanisme internal sebelum menentukan capres usungan. Selain itu, mereka juga menunggu arahan pasti Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Kami tidak akan kesusu dan grusa-grusu," jelasnya.
Di samping itu, Sigit menyatakan pihaknya menghormati pilihan politik setiap individu termasuk soal mundur sebagai bakal calon legislatif (bacaleg) dan kader PSI.
Baca Juga
"Kami mendaftarkan lebih dari 14 ribu bacaleg di tingkat DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Dari sekian belas ribu bacaleg, wajar saja kalau ada beberapa yang mengundurkan diri dengan berbagai alasan," ucap Sigit
Sebelumnya, dua kader PSI yaitu Dwi Kundoyo dan Estugraha menyatakan mundur dari partai. Mereka kecewa karena belakangan elite PSI mesra dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Dwi Kundoyo sendiri merupakan bacaleg DPRD DKI Jakarta dari PSI. Sementara Estugraha merupakan bacaleg DPRD Kota Bogor dari PSI.
Dwi mengaku tak bisa menerima apabila PSI mendukung Prabowo di Pilpres 2024. Menurutnya, Prabowo punya sejarah kelam pada masa Orde Baru karena kerap dikaitkan kasus penculikan aktivis pro-demokrasi 90-an.
"Dengan penuh kesadaran, melalui kalimat, 'ideologi dibentuk oleh sejarah', saya menyatakan mundur sebagai calon legislatif DPRD DKI Jakarta dari PSI," jelas Dwi dalam konferensi pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (7/8/2023).
Sejalan, Estugraha alias Egha juga mundur dari partai sekaligus bacaleg PSI karena alasan yang tak jauh berbeda.
"Prabowo, menurut Egha, memiliki rekam jejak kelam. Terlibat penculikan hingga menggunakan isu SARA dan mengikut sertakan kelompok radikal dan intoleran dalam pilpres 2014 dan 2019," ucap Dwi mewakili Egha yang duduk di sebelahnya.
Dwi dan Egha mengikuti jejak Muhammad Guntur Romli yang terlebih dahulu mundur dari PSI. Guntur menyatakan mundur lantaran ada sinyal PSI merapat ke koalisi pendukung Prabowo di Pilpres 2024.
Apalagi, elite PSI dengan tangan terbuka terima kedatangan Prabowo di markas mereka pekan lalu. "Tidak ada rembuk soal kedatangan Prabowo," kata Guntur saat dihubungi Bisnis, Sabtu (5/8/2023).
Prabowo Kunjungi PSI
Sebelumnya, Prabowo mengunjungi Kantor DPP PSI di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Rabu (2/8/2023) sore. Pada kesempatan itu, Prabowo blak-blakan mengajak PSI untuk mendukungnya di Pilpres 2024.
"Oh iya, kita tentunya ingin mengajak semua kekuatan merah-putih, semua kekuatan Indonesia untuk bekerja sama," ujar Prabowo usai lakukan pertemuan dengan jajaran elite PSI di Kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Rabu (2/8/2023).
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie menyatakan pihaknya belum menentukan pilihan pasti siapa calon presiden (capres) yang akan diusung pada Pilpres 2024.
Meski demikian, Grace memberi kode bahwa PSI ingin adanya keberlanjutan pembangunan dan kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, Prabowo sudah menyatakan komitmen untuk keberlanjutan itu.
"Ada niatan baik dari Pak Prabowo komitmen untuk melanjutkan apa yang sudah Pak Jokowi perjuangkan, dan itu tentunya membuat kami lega dan senang bahwa Indonesia ke depan akan cerah," ucap Grace pada kesempatan yang sama.