Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bakal mengumumkan Asparta, salah satu pemanis buatan yang paling banyak digunakan di dunia, sebagai salah satu zat yang menjadi penyebab kanker.
Aspartam merupakan pemanis buatan yang ditemukan di ribuan makanan yang diklaim bebas gula (sugar free), mulai dari minuman ringan hingga jeli dan permen karet. Aspartam akan dianggap "mungkin bersifat karsinogenik bagi manusia" oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker WHO, demikian dilaporkan Reuters.
Berikut fakta-fakta seputar Aspartam zat penyebab kanker yang perlu Anda ketahui
Apa itu Aspartam?
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (30/6/2023). Aspartam populer di kalangan produsen makanan karena tingkat kemanisannya yang sangat tinggi dan jumlah kalorinya yang rendah.
Aspartam dibuat dengan menggabungkan dua asam amino alami, yaitu fenilalanin dan asam aspartat. Zat Aspartam ditemukan pada tahun 1965 oleh ahli kimia James M. Schlatter di AS. Dia dilaporkan sedang meneliti obat anti-maag dan menjilat jarinya, yang dilapisi dengan senyawa tersebut, sehingga menemukan rasa manisnya.
Baca Juga
Untuk apa Aspartam digunakan?
Sebagai pengganti gula, Aspartam ditemukan dalam ribuan produk yang dibuat oleh beberapa produsen makanan terbesar di dunia, termasuk Coca-Cola Co. dan PepsiCo Inc. Kedua perusahaan minuman ringan itu menggunakannya dalam produk bebas gula (Diet Coke dan Diet Pepsi), selain itu Mars Inc. menambahkannya ke dalam produk permen karet Wrigley.
Aspartam juga dijual sebagai pemanis yang dijual bebas di bawah nama-nama merek seperti Equal dan NutraSweet.
Apa yang akan dikatakan WHO tentang Aspartam?
WHO berencana untuk merilis dua laporan tentang aspartam pada 14 Juli 2023, menurut Reuters. IARC diperkirakan akan menyoroti risiko kanker. Laporan lainnya dari Komite Ahli Organisasi Pangan dan Pertanian Bersama/WHO untuk Bahan Tambahan Pangan, yang akan memberikan penilaian risiko terbaru dari pemanis tersebut, akan membahas tentang asupan harian Aspartam yang dapat diterima dan kemungkinan efek samping lainnya dari mengkonsumsi zat tersebut.
Simpulan apa lagi yang dapat diambil oleh IARC?
Penilaian tersebut akan mengklasifikasikan aspartam ke dalam salah satu dari empat kategori: karsinogenik pada manusia, mungkin karsinogenik pada manusia, mungkin karsinogenik pada manusia, atau "tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat karsinogenisitasnya pada manusia."
Apa yang dikatakan oleh pedoman Aspartam saat ini?
JECFA pertama kali mengeluarkan evaluasi terhadap zat aditif ini pada tahun 1981, yang menyimpulkan bahwa asupan harian yang dapat diterima untuk Aspartam adalah 40 miligram per kilogram berat badan. Batas tersebut didukung oleh regulator lain seperti Otoritas Keamanan Pangan Eropa. Kaleng soda diet seberat 12 ons (355 mililiter) biasanya mengandung sekitar 200 mg aspartam, menurut University of Alabama.
Apa yang dikatakan kelompok lain tentang Aspartam?
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah menganggap aspartam aman sejak tahun 1974, ketika mereka menyetujui senyawa ini untuk "digunakan sebagai pemanis di atas meja dan permen karet, sereal sarapan dingin, dan bahan dasar kering untuk makanan tertentu." Pada tahun 1996, FDA menyetujuinya untuk digunakan sebagai "pemanis umum."
Namun, Center for Science in the Public Interest, sebuah kelompok advokasi konsumen, menyebut aspartam sebagai pemanis rendah kalori yang "paling memprihatinkan" karena ada bukti kuat bahwa aspartam menyebabkan kanker dan merupakan karsinogen yang kuat. Mereka lantas menominasikan bahan tersebut untuk dievaluasi oleh IARC pada 2014 dan 2019.
Apa tanggapan industri terhadap Aspartam?
"Ada konsensus yang luas dalam komunitas ilmiah dan regulator bahwa aspartam aman. Ini adalah kesimpulan yang dicapai berkali-kali oleh badan-badan keamanan makanan di seluruh dunia," kata American Beverage Association kepada Bloomberg dalam sebuah pernyataan.
Di sisi lain, Coca-Cola dan PepsiCo menolak berkomentar lebih lanjut tentang hal ini.