Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Badan Anggaran (Banggar) Said Abdullah meyakini pelaksanaan pemilihan umum atau Pemilu 2024 akan berdampak positif ke pertumbuhan ekonomi.
Said menjelaskan, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah mengajukan dokumen Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal dan Asumsi Ekonomi Makro 2024 kepada DPR. Banyak indikator yang menunjukkan angka positif.
Di menyebutkan, pada kuartal I 2023 ekonomi kita tumbuh 5,03 persen (yoy). Pada masa itu, sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 15,93 persen, akomodasi dan restoran tumbuh 11,55 persen, dan jasa lainnya 8,9 persen.
Dari sisi konsumsi, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,54 persen, PMTB atau investasi tumbuh 2,1 persen, ekspor 11,68 persen, konsumsi pemerintah 3,99 persen, dan impor juga tumbuh 2,77 persen.
Said berpendapat, berbagai tren positif itu akan terus tumbuh karena ditopang penyelenggaraan Pemilu 2024. Apalagi, sebagian besar tahapan Pemilu 2024 dilakukan pada 2023.
“Justru pemilu akan memberikan insentif pada sektor riil. Pemilu akan mendorong konsumsi oleh semua kontestan, baik kontestan pilpres, maupun pileg. Saya berkeyakinan, pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini bisa mencapai 5,1 sampai dengan 5,3 persen,” ujar Said dalam keterangan tertulis, Minggu (21/5/2023).
Baca Juga
Oleh sebab itu, dia merasa asumsi pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,3 hingga 5,7 persen oleh pemerintah cenderung realistis. Meski begitu, harus tetap disertai usaha yang serius.
Tak hanya itu, tren laju inflasi juga turun. Said pun memperkirakan inflasi mencapai 4 persenan pada tahun ini.
“Dengan mempertimbangkan tingkat konsumsi sektor riil yang naik karena perhelatan pemilu tahun depan, sehingga masuk akal jika perhitungan inflasi pada tahun depan di kisaran 3 persen,” jelas politisi PDI Perjuangan (PDIP) itu.
Meski begitu, Said menyatakan masih ada beberapa tantangan ke depannya. Masa booming harga minyak, lanjutnya, sudah lewat. Tren di tahun ini harga minyak justru kian melandai, turun di level US$75-80-an per barel.
Dia pun merasa usulan pemerintah yang mengajukan asumsi harga minyak di tahun depan pada level 85 USD/barel cukup realistis. Namun, harus disertai dengan kesiapan.
“Tantangan harus kita hadapi melihat kecenderungan lifting minyak dan gas bumi yang terus turun. Target lifting minyak bumi tahun ini sebesar 660 ribu barel per hari, dan lifting gas bumi sebesar 1100 barel setara minyak per hari tampaknya sulit tercapai,” ungkap Said.
Dia menjelaskan, target lifting gas bumi juga masih di bawah target, realisasi pada kuartal 1 2023 baru mencapai 88 persen dari target APBN 2023. Said pun mengusulkan target lifting gas bumi di level 1000 barel setara minyak bumi pada tahun 2024.