Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jangan Happy Dulu, Ini Indikasi Struktur Ekonomi RI Masih Rapuh

Struktur ekonomi Indonesia masih rapuh karena membengkaknya pekerja informasi serta terjadinya fenomena deindustrialisasi.
Pengangguran/Freepik
Pengangguran/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA -- Pertumbuhan  ekonomi Indonesia pada kuartal 1/2023 relatif stabil karena mampu tumbuh 5,03 persen. Capaian ini di luar ekspektasi ekonom.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan mengungkapkan optimismenya bahwa tren positif tersebut akan berlangsung sepanjang tahun 2023.

"Ke depan kinerja baik perekonomian pada tahun 2023 masih akan berlanjut," ucap Sri Mulyani dikutip dari Instagram resminya, dikutip Minggu (7/4/2023).

Kendati tumbuh positif, struktur ekonomi Indonesia pada kuartal 1/2023 belum menunjukkan perbaikan. Kontribusi sektor manufaktur ke produk domestik bruto (PDB) justru tergerus secara terus menerus.

Pada kuartal 1/2023, misalnya, sektor manufaktur hanya berkontribusi ke PDB sebesar 18,57 persen atau terendah selama 4 tahun terakhir.

Sekadar perbandingan, pada kuartal 1/2019 lalu kontribusi sektor industri pengolahan ke perekonomian mampu menembus angka 20 persen, kemudian turun pada kuartal 1/2020 menjadi 19,98 persen, 19,84 persen pada kuartal 1/2021, turun lagi menjadi 19,19 persen pada tiga bulan pertama tahun 2022.

Dalam catatan Bisnis, deindustrialisasi adalah proses kebalikan dari industrialisasi yaitu penurunan kontribusi sektor manufaktur alias industri pengolahan nonmigas terhadap PDB.

Selain dari kinerja manufaktur, sinyal deindustrialisasi juga bisa dibaca dari semakin besarnya porsi pekerja informal dalam struktur pekerjaan di Indonesia.

Data BPS mengungkap bahwa jumlah pekerja informal di Indonesia terus mengalami kenaikan. Pada Februari 2020 lalu, jumlah pekerja formal tercatat sebesar 43,36 persen dan sektor informasi sebanyak 56,64 persen. Jumlah pekerja informal naik menjadi 59,62 persen, sedangkan pekerja formal tersisa 40,38 persen pada Februari 2021.

Persentase jumlah pekerja formal terus tergerus pada tahun-tahun setelahnya, pada Februari 2022 BPS mencatat jumlah pekerja formal tersisa menjadi 40,03 persen. Sementara jumlah pekerja informal melejit hingga 59,97 persen.

Tren ini terus berlanjut, kendati pemerintah mengklaim bahwa kondisi perekonomian mulai menunjukan pemulihan dan perlahan lepas dari imbas pandemi Covid-19.

Namun demikian, jika mengacu kepada data BPS per Februari 2023, jumlah pekerja informal malah menembus angka 60,12 persen atau mengalami kenaikan 0,15 persen. Pekerja formal tercatat anjlok menjadi 39,88 persen.

Data mengenai tren peningkatan pekerja informal itu sejalan dengan tren penurunan penduduk yang berstatus sebagai buruh, karyawan dan pegawai.

Berdasarkan data BPS jumlah buruh dalam waktu 3 tahun terakhir mengalami penurunan dari 37,02 persen pada Februari 2021 menjadi 36,72 persen pada Februari 2022, dan turun ke angka 36,34 pada Februari 2023.

Sebaliknya persentase penduduk yang berusaha sendiri terus naik setiap tahunnya. Pada Februari 2021, jumlah orang yang bekerja sendiri sebanyak 19,57 persen naik menjadi 19,84 pada Februari 2022. Pada periode Februari 2023 jumlah orang yang berusaha sendiri menembus angka 20,67 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper