Bisnis.com, JAKARTA - Presiden China Xi Jinping akan menyampaikan dukungan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dalam kunjungan tiga harinya ke Moskow pekan depan.
Pada kunjungan tersebut, Xi juga akan menyampaikan proposal Beijing guna mencari solusi damai bagi perang antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung lebih dari setahun.
Dilansir dari Bloomberg pada Minggu (19/3/2023), perjalanan Xi menandai upaya paling ambisius untuk meredam konflik paling berdarah di Eropa sejak Perang Dunia ke 2 itu. Selain bertemu Putin, Xi juga dijadwalkan menggelar pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Namun, dukungan Xi yang sangat kuat terhadap Putin membuatnya lebih sulit untuk menjadikannya penengah dalam konflik dua negara Slavik tersebut.
Di sisi lain, baik Moskow maupun Kyiv sama-sama bersikap dingin terhadap proposal China. Proposal ini juga ditolak mentah-mentah oleh sekutu utama Ukraina, Amerika Serikat dan Eropa.
"Sekarang bukan waktu yang tepat untuk diplomasi," kata Direktur Carnegie Russia-Eurasia Center, Alexander Gabuev.
Baca Juga
Adapun Ukraina sedang mempersiapkan serangan dengan senjata baru yang disediakan oleh sekutu barat-nya. Sementara Rusia bersiap-siap untuk pertarungan yang panjang. Kremlin berharap bisa bertahan lebih lama dari Kyiv dan para pendukungnya.
Kunjungan Xi ke Moskow, menurut sejumlah analis, menjadi kesempatan untuk meningkatkan citranya sebagai negarawan global. Xi jelas menantang dominasi global AS sekaligus mengecam upaya Washington untuk mengisolasi Putin. Lawatan ini dilakukan ketika ketegangan antara Washington dan Beijing meningkat karena isu Taiwan.
Sementara itu, AS pada hari Jumat kembali mengecam rencana China di Ukraina sebagai bias. Mereka meminta Xi untuk menghubungi Zelenskiy secara langsung.
Sedangkan bagi Putin, kedatangan Xi adalah sebuah kesempatan untuk mempererat hubungan internasionalnya yang paling penting, dengan pembicaraan empat mata.
Perdagangan antara kedua negara tetangga ini telah melonjak di tengah sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dijatuhkan AS dan sekutunya.
Selama periode tersebut, China telah membeli lebih dari US$65 miliar energi dari Rusia, menyediakan sumber utama uang tunai untuk Kremlin, serta pasokan teknologi dan barang-barang penting lainnya.
Sementara Rusia memperkirakan volume perdagangan dengan China akan melonjak dari sekitar US$185 miliar menjadi US$200 miliar tahun ini.