Bisnis.com, JAKARTA - Federal Bureau of Investigation (FBI) mengungkapkan dua kelompok hacker atau peretas asal Korea Utara (Korut) menjadi dalang pencurian aset kripto senilai US$100 juta atau senilai Rp 1,49 triliun tahun lalu.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (24/1/2023), FBI mengatakan dua kelompok yakni Lazarus dan APT38 melakukan serangan pada terhadap perusahaan blockchain asal Amerika Serikat, Harmony, pada Juni 2022.
Selain itu, Lazarus juga dituduh berada di belakang peretasan layanan Ronin senilai US$600 juta.
Harmony merupakan perusahaan pengembang layanan bernama Horizon Bridge, yang dapat memfasilitasi transaksi aset kripto antara blockchain Harmony dan blockchain lainnya.
Chainalysis mengungkapkan perpindahan lintas blockchain menjadi sasaran empuk bagi para peretas tahun lalu. Tercatat ada sekitar US$2 miliar aset kripto dicuri dalam 13 peretasan lain.
FBI juga mengatakan peretas yang terkait dengan Korea Utara menggunakan protokol privasi Railgun untuk melakukan pencurian token Ethereum senilai US$60 juta pada 13 Januari.
Baca Juga
Sebagian dari jumlah tersebut dikirim ke beberapa bursa kripto dan dikonversi ke Bitcoin.
Pekan lalu, pendiri bursa kripto Binance Holdings Ltd Changpeng Zhao mengatakan bahwa perusahaannya memfasilitasi platform Huobi untuk membekukan sebagian aset kripto dan memulihkan 124 Bitcoin yang diretas.
Dilansir dari Coinbase, AS mengatakan pencurian aset kripto oleh Korut diduga digunakan untuk mendukung program rudal balistik dan senjata pemusnah massal Korut.