Bisnis.com, JAKARTA - Ahli Epidemiologi dari Griffith University Dicky Budiman menekankan bahwa vaksin Covid-19 berbasis mRNA paling efektif mencegah penyebaran Covid-19 subvarian XBB1.5.
Hal ini lantaran vaksin berbasis mRNA memiliki efektivitas yang lebih tinggi menghadapi varian-varian Omicron, jika dibandingkan dengan vaksin berbasis protein subunit, inactivated virus, ataupun viral vector.
"Sebetulnya ada kabar baik dari munculnya XBB1.5, bahwa berarti yang saat ini mendominasi itu masih satu varian [Omicron]. Jadi vaksin yang ada ini masih efektif," tutur Dicky ketika dihubungi, Senin (16/1/2023).
Dia mengimbau pemerintah untuk tetap meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia, terutama program vaksinasi yang menggunakan vaksin berbasis mRNA seperti Pfizer dan Moderna.
Menurutnya, vaksinasi yang masih menjadi mitigasi bencana yang paling efektif selama pandemi Covid-19 masih berlangsung.
Di sisi lain, meskipun subvarian XBB1.5 disebut sebagai jenis Covid-19 yang tidak memicu gejala berat, Dicky mewanti-wanti masyarakat terkait risiko long Covid-19 yang disebabkan oleh subvarian baru itu.
Baca Juga
Data hasil riset menunjukkan bahwa 1 dari 10 orang yang positif Covid-19 akibat subvarian XBB1.5 ini mengalami long Covid-19.
"Long covid ini merupakan satu dampak yang mengerikan karena dapat membuat suatu bangsa itu 10 persennya sakit-sakitan, ini akan menjadi beban pada sistem kesehatan karena akan banyak sakit kronis," jelas Dicky.
Adapun, XBB1.5 merupakan mutasi dari subvarian Omicron XBB yang pertama kali ditemukan di India pada Agustus 2022.
Pada awal Januari 2023, berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, strain Omicron XBB1.5 setidaknya telah mendominasi 41 persen dari kasus harian di seluruh wilayah AS.
Kini, subvarian baru ini diperkirakan telah teridentifikasi penyebarannya di 29 negara di dunia. Meskipun demikian, Kementerian Kesehatan memastikan bahwa subvarian baru ini belum ditemukan di Indonesia.