Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengutuk tindakan terorisme setelah massa sayap kanan menyerbu Istana Kepresidenan, Kongres, hingga Mahkamah Agung Brasil pada Senin (9/1/2023).
Pasukan keamanan Brasil setidaknya telah menangkap sekitar 1.500 orang yang terlibat dalam kericuhan tersebut.
Pasukan keamanan juga telah membersihkan kamp-kamp protes yang dirikan oleh pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro.
Kini, ratusan tentara dan polisi masih dimobilisasi untuk membongkar kamp improvisasi di luar markas tentara di Brasilia. Terdapat sekitar 3.000 pendukung Bolsonaro yang ikut mendirikan tenda yang digunakan sebagai pangkalan bagi para pengunjuk rasa.
Usai kericuhan, Lula dikabarkan telah kembali bekerja di Istana Kepresidenan Brasil yang masih dipenuhi puing-puing sisa kericuhan.
Wartawan setempat mengatakan, banyak pecahan kaca masih berserakan di lantai, sejumlah jendela dan pintu istana hancur.
Baca Juga
Sementara itu, Lula menyebut kerusuhan ini sebagai versi terbaru dari kerusuhan Capitol yang terjadi di Washington DC, Amerika Serikat dua tahun lalu. Kecaman terhadap aksi tersebut ternyata juga disampaikan oleh majelis kongres serta ketua Mahkamah Agung. Ketiganya kompak menolak munculnya aksi terorisme dan kriminal di Brasil.
"Tiga kekuatan republik, pembela demokrasi dan konstitusi, menolak aksi teroris dan kriminal, vandalisme yang melakukan kudeta yang terjadi," ujar ketiganya seperti dilansir dari Channel News Asia, Selasa (10/1/2023).
Selain kecaman yang disampaikan ketiga pejabat Brasil ini, kecaman juga terus mengalir dari seluruh penjuru dunia.
Pemimpin Gereja Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus mengkritik kerusuhan tersebut sebagai tanda dari melemahnya sistem demokrasi yang berlaku di Amerika.
Dalam pernyataan bersama menjelang pertemuan puncak di Mexico City, Presiden AS Joe Biden, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador, dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau juga mengutuk serangan itu dan kompak memberikan dukungan bagi Brasil karena telah melindungi institusi demokrasinya.
Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares bahkan mengatakan bahwa serangan yang dilakukan oleh pendukung dari mantan Presiden Brasil ini mengandung jejak Trumpisme dan menggemakan kecaman dari PBB serta Uni Eropa.
Adapun, Lula memastikan bahwa pemerintahnya akan segera menemukan dan menangkap mereka yang turut merencanakan dan membiayai serangan tersebut.
Pemerintah Brasil juga telah menangguhkan Gubernur Brasilia Ibaneis Rocha, sekutu Bolsonaro, dari jabatannya atas dasar kelalaian kriminal. Rocha dianggap gagal mencegah kericuhan yang terjadi wilayah kekuasannya.
Adapun putusan tersebut dikeluarkan tak lama setelah Rocha memecat Kepala Keamanan Publik Ibu Kota, Anderson Torres, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Kehakiman pada era Bolsonaro.
Kejaksaan Agung juga telah meminta Mahkamah Agung untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Torres dan seluruh pejabat publik yang bertanggung jawab atas tindakan dan kelalaian yang menyebabkan kericuhan.