Bisnis.com, JAKARTA – Praktik buang air besar sembarangan (BABS) ternyata masih menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Tidak sedikit penduduk di republik ini masih suka buang hajat sembarangan dengan dalih tak memiliki jamban.
Berdasarkan Data Monitoring Evaluasi STBM, terdapat 7.468.158 kepala keluarga yang masih buang air besar sembarangan. Data Bappenas (2018) menyebutkan bahwa masih ada 9,36 persen rumah tangga yang mempraktikkan BAB sembarangan, baik di perkotaan maupun pedesaan.
Dari total 81.616 desa di Indonesia, ‘hanya’ 16.194 desa yang terverifikasi bersih dari aktivitas BABS. Sebanyak 28 kabupaten atau kota setop dan hanya satu provinsi, yaitu Yogyakarta, bersih dari praktik buang air besar sembarangan.
Padahal, praktik BABS ini berisiko menginfeksi saluran pencernaan. Tinja yang dibuang sembarangan dihinggapi lalat. Kemudian, lalat tersebut menempel di makanan yang dikonsumsi manusia.
Penyakit penyakit yang dapat menyerang praktik BABS itu, seperti diare, kolera, tifus, disentri, penyakit cacing tambang, hepatitis A dan E, schistosomiasis, ascariasis, penyakit kulit, dan malnutrisi.
Risiko terburuknya dari BABS adalah memicu stunting pada anak. Hal itu sempat terjadi di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Sempat terjadi kejadian luar biasa yang membuat anak-anak di daerah itu mengalami gizi buruk.
Baca Juga
Pemerintah pun mencanangkan program Pengembangan Desa Bebas Buang Air Besar Sembarangan (PHBS) pada 2018.
Tak beda jauh dengan Tasikmalaya, di Kabupaten Pandeglang, Banten, pun masih menghadapi masalah BABS. Berdasarkan data dari Pemkab Pandeglang, dari total 1,23 juta penduduk, terdapat sekitar 451.000 orang masih melakukan BABS.
Praktik BABS ini disebabkan tidak adanya fasilitas jamban di rumah penduduk. Namun, tidak sedikit pula masyarakat yang melakukan buang hajat sembarangan meski memiliki jamban.
Oleh sebab itu, penduduk dan didukung lembaga swadaya masyarakat membuat program mandiri yang bernama Open Defecation Free (ODF) ‘Henteu Ngising Sembarangan’ di kabupaten Pandeglang, Banten.
Program ini berupaya mendorong masyarakat untuk tidak lagi BAB sembarangan dengan meningkatkan kesadaran melalui advokasi, dukungan sosial, dan pemberdayaan.
Program Arisan Jamban
Skema pemberdayaan dengan melibatkan masyarakat langsung melalui program Arisan Jamban. Setiap kelompok masyarakat melakukan arisan dan hasilnya digunakan untuk membangun tempat buang air besar.
“Program ini diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat untuk tidak BABS dan memiliki jamban sehat dengan tanpa terpaksa dan memberatkan. Ada tanggung jawab masyarakat untuk memakainya ketika mereka membangun sendiri,” kata Kepala Divisi Program LAZ Harfa Mamak Jamaksari kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.
LAZ Harfa adalah merupakan lembaga amil zakat skala provinsi yang menghimpun zakat, infaq, sodaqoh, wakaf dan fidyah (ZISWAF), serta dana hibah & CSR dari muzaki atau donatur baik perorangan, komunitas atau perusahaan. Dalam program ini LAZ Harfa mendapat dukungan Caritas dan Australian Aid.
Lembaga itu membantu menyadarkan dan mengubah pola perilaku warga di Kampung Bahbul, Desa Kertaraharja, Kecamatan Sobang, Pandeglang. Sebanyak 92 orang terlibat dalam program Arisan Jamban.
Setiap warga diwajibkan membayar uang arisan sebesar Rp20.000. Hasil dari arisan akan diberikan kepada dua orang yang beruntung di hari pengocokan yang dilakukan setiap bulan.
Dua orang pemenang arisan jamban akan langsung diantar ke toko bangunan oleh fasilitator desa, agar mereka bisa langsung membangun jamban.
Setiap orang mendapatkan dana Rp900.000 untuk dibelanjakan keperluan untuk membangun jamban sederhana lengkap dengan septi tanknya. Adapun untuk proses pengerjaan jamban membutuhkan waktu 2 hari dan dilakukan secara gotong royong.
Program Arisan Jamban ini dimulai pada Januari 2021. Ditargetkan selesai pada Oktober 2025. Hingga Oktober 2022 sudah menyelesaikan pembangunan 44 jamban dari target 92 jamban.
Selain itu, bersama mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi, Fakultas Falsafah dan Peradaban, Universitas Paramadina, membuat program kampanye untuk melakukan buang air besar di jamban masing-masing.
“Kerja sama kampanye ini untuk membangkitkan kesadaran masyarakat agar tidak membuang air besar secara sembarangan. Hidup sehat buang hajat secara tepat,” kata Wahyu Widodo Ketua Program Kampanye Tidak BABS dari Universitas Paramadina.