Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo memberikan tips agar ekonomi Indonesia tidak 'gelap' atau bebas dari ancaman resesi, seperti yang ditakutkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2023 mendatang.
Menurutnya, memenuhi kebutuhan UMKM dari hulu hingga hilir merupakan salah satu kuncinya. Apalagi, dia menceritakan bahwa wilayahnya turut mendirikan Pusat Penelitian Rempah di Kabupaten Semarang, di mana laboratorium tersebut diyakininya bisa membangkitkan kejayaan rempah di mata dunia.
"Mudah-mudahan dari sekian rempah-rempah yang kita miliki, jalur rempah yang pernah membikin Indonesia ini jaya, bisa kita bangkitkan kembali dan tugas kami memfasilitasi," ujarnya saat memberikan sambutan di Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUMKM Kabupaten Semarang, Selasa (27/12/2022).
Dia menceritakan di depan Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin bahwa upaya tersebut telah dilakukan oleh Provinsi Jateng dengan memfasilitasi pelaku UMKM dengan menghadirkan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUMKM dan Hetero Space untuk para pelaku UMKM."Jadi Pak Wapres, saya melaporkan sampai sekarang kita punya 11 PLUT dan itu artinya menjadi titik-titik yang nanti kawan-kawan usaha kecil mikro akan bisa belajar sangat banyak," katanya.
Lebih lanjut, Ganjar menyebut komitmennya memfasilitasi UMKM juga diwujudkan melalui kehadiran Hetero Space. Hetero Space adalah co-working space untuk berbagai pelaku industri kreatif dan UMKM dalam mengembangkan dan meningkatkan usahanya. Saat ini, disebutnya Pemprov Jateng memiliki tiga Hetero Space yang tersebar di sejumlah wilayah. Di antaranya Semarang, Solo, dan Banyumas.
"Kami membuat semacam Co-working space yang ada di Jawa Tengah sehingga usaha kecil, startup, mikro, semua bisa belajar. Apalagi, biasanya pelaku UMKM punya tiga persoalan, satu product knowledge-nya, dua akses permodalannya, dan yang ketiga kalau sudah jalan siapa yang akan mendampingi. Nah pendamping inilah yang kemudian akan bisa mengakses satu per satu persoalannya,” tuturnya.
Dia juga menjabarkan bahwa ada 4,2 juta unit sektor usaha di Jateng. Usaha mikro memiliki porsi yang paling besar dengan 3,37 juta unit atau 90,48 persen dari total unit. Sementara itu, terdapat 354.884 di Jateng atau sekitar 8,5 persen dan usaha menengah ada 39.125 atau sekitar 0,94 persen."Jadi kalau kita lihat dari jumlah itu yang mikro ini banyak sekali. Maka kalau kemudian kita bisa memfasilitasi mereka lebih banyak, rasa-rasanya, sadar atau tidak sadar, kita sedang menciptakan entrepreneur baru untuk usaha kecil dan mikro," paparnya.Ganjar berharap PLUT KUMKM dan Hetero Space membantu para pelaku usaha kecil, mikro, serta startup dapat terus berkolaborasi dan berinovasi agar naik kelas. Pasalnya, kedua tempat ini menurutnya bisa menjawab tantangan perekonomian pada masa depan mendatang.
"Pak Wapres mohon kiranya untuk bisa mendapatkan arahan karena di tengah ekonomi yang banyak diramalkan orang sulit, sebenarnya ini tantangan yang bisa kita ubah menjadi peluang dengan menggerakkan lebih banyak usaha kecil dan mikro yang ada," harapnya.
Rp127,6 Miliar Untuk Bangun PLUT KUMKM
Di sisi lain, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan PLUT KUMKM menjadi alat pemerintah untuk mempercepat pencapaian target terkait dengan transformasi ekonomi nasional dengan total anggaran sebesar Rp127,6 miliar yang dialokasikan untuk pematangan lahan, pembangunan/revitalisasi Gedung, sarana dan prasarana pendukung layanan PLUT.
Menurutnya, arah kebijakan tematik yang menjadi sasaran program ini adalah mempercepat pemulihan ekonomi dan reformasi struktural, melalui peningkatan kualitas dan kontribusi destinasi pariwisata prioritas dan sentra industri kecil dan menengah sebagaimana amanat RPJMN 2020-2024.
“Immediate outcome [dampak] dari kegiatan ini adalah meningkatkan produktivitas, nilai tambah, kualitas kerja dan daya saing koperasi dan UMKM, meningkatkan kualitas layanan pendampingan [bagi koperasi dan UMKM] dan meningkatnya jumlah koperasi dan UMKM yang didampingi,” pungkas Teten, Selasa (27/12/2022).
Lebih lanjut, Teten mengatakan bahwa mengurus UMKM berbeda dengan usaha besar, sebab UMKM harus dilakukan pendampingan secara terus menerus dari hulu ke hilir. Khususnya, turut terdorong dengan adanya era disrupsi perilaku masyarakat akibat pandemi Covid-19, maka harus disiapkan digitalisasi, teknologi yang relevan serta dalam rangka mendukung bonus demografi.